Mau Gas dari RI? Harusnya Eropa Bisa Lakukan Ini

pgr, CNBC Indonesia
18 July 2022 14:20
Aspermigas: Dongkrak Investasi Migas, Indonesia Butuh Revolusi Ini (CNBC Indonesia TV)
Foto: Aspermigas: Dongkrak Investasi Migas, Indonesia Butuh Revolusi Ini (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membenarkan bahwa adanya permintaan gas dari negara-negara Eropa. Meski belum diketahui berapa banyak jumlah permintaannya, SKK Migas dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa mengirimkan gas berupa Liquefied Natural Gas (LNG) ke negara-negara itu.

Pasalnya, produksi LNG hingga 2023 seluruhnya telah diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pembeli yang sudah memiliki kontrak.

Namun masih ada celah bagi negara-negara Eropa yang ingin memperoleh LNG dari Indonesia, Caranya? Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas), Moshe Rizal mengatakan pihaknya sempat melakukan diskusi bersama Duta Besar (Dubes) Uni Eropa.

Yang mana pihak Eropa saat ini memang sangat membutuhkan suplai gas. Akibat dari terancam berehntinya pasokan gas dari Rusia karena pemberhentian aliran pipa Nord Stream 1. Pihak Rusia, kata Moshe sedang mencari suplai gas ke mana-mana termasuk dari Indonesia.

Ia menyarankan, apabila Uni Eropa menginginkan gas dari Indonesia, maka hal yang bisa dilakukan negara-negara Eropa adalah meningkatkan investasinya di Indonesia.

"Jadi saya menyarankan negara di Uni Eropa, kalau mereka memang mau gas dari kita ya mereka harusnya meningkatkan investasinya, perusahaan investasi Shell, BP dan lainnya. Pemerintah juga bisa membujuk kembali supaya mereka tidak keluar dari Indonesia," ungkap Moshe kepada CNBC Indonesia dalam Energy Corner, Senin (18/7/2022).

Moshe mengatakan, bahwa posisi Indonesia saat ini cenderung bagus. Yang mana seperti diketahui, bahwa Indonesia memiliki cadangan gas yang berlimpah. Namun memang, untuk terus mengembangkan cadangan gas di Indonesia juga harus dengan investasi yang besar, setidaknya investasi infrastruktur.

"Ngga hanya negara penjual saja yang investasi infrastruktur, tetapi negara penerima juga harus investasi," ungkap dia.

Selain Indonesia, saat ini negara-negara yang menjadi sutitusi impor negara-negara Eropa diantaranya adalah Qatar, Amerika. Alasannya karena ongkos produksi gas di negara tersebut lebih murah.

"Bagaimana kita berupaya menurunkan biaya produksi kita, itu dianggap gas masih mahal dibandingkan produsen gas di luar sana. Harga gas kita tuh tidak bisa bersaing, padahal penemuan-penemuan sekarang ini adalah gas," tandas dia.

Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, Arief Setiawan Handoko membenarkan bahwa ada beberapa negara-negara Eropa yang meminta untuk mensuplai gas ke negaranya. Hanya saja, bisa dipastikan tidak ada pasokan LNG yang tersisa untuk memenuhi pembeli dari Eropa.

Sekalipun nantinya proyek seperti Tangguh Train 3 on stream. "Yang jelas 2023 gak bisa mencukupi. Kecuali ada tambahan baru gas dari Kalimantan masuk ke LNG Bontang, nah itu mungkin bisa," ujar Arief saat ditemui di Gedung SKK Migas, Jumat (15/7/2022).

Berdasarkan pemaparannya, setidaknya produksi siap jual (lifting) LNG hingga Semester I-2022 telah mencapai 88,5 kargo. Produksi tersebut berasal dari Kilang Tangguh sebanyak 50,2 kargo dan sisanya berasal dari Kilang Bontang yakni 38,3 kargo.

Sementara, sepanjang tahun ini total lifting LNG diproyeksikan dapat mencapai 197,6 kargo yang terdiri atas lifting dari kilang Tangguh 116,6 kargo dan sisanya dari Kilang Bontang 81 kargo.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Matikan Suplai Gas, Eropa Lari ke RI?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular