RI Jatuh ke Lubang Resesi? Data & Fakta Ini Jawabannya!

Maesaroh, CNBC Indonesia
Senin, 18/07/2022 13:40 WIB
Foto: Karyawan Pasar Jaya mensosialisasikan kepada pedagang minyak di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (27/6/2022). Aplikasi PeduliLindungi saat ini menjadi syarat untuk membeli minyak goreng curah, sesuai dengan kebijakan pemerintah yang baru. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan Indonesia relatif aman dari ancaman resesi. Namun, Indonesia juga tidak bisa berleha-leha karena resesi global bisa merembet ke perekonomian domestik.

Sejumlah lembaga/institusi memperkirakan semakin banyak negara yang terancam resesi.
Nomura Holdings Inc memperkirakan Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Inggris, Jepang, Australia, dan Kanada diperkirakan akan mengalami resesi paling lambat dalam waktu dekat 12 bulan ke depan.

Sementara itu, laporan Bloomberg menyebut banyak negara mulai dari China, Korea Selatan, Jepang, Filipina, Thailand, Malaysia, hingga Selandia Baru dengan besaran potensi yang berbeda-beda. Berdasarkan laporan tersebut, potensi Indonesia masuk ke resesi ada di angka 3%.



Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan indikator menunjukkan kinerja ekonomi masih membaik.
"Saya rasa seharusnya melihat saja faktual mengenai tadi background setiap negara sisi kinerja pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, kinerja APBN, kinerja kebijakan moneter, dilihat inflasi, nilai tukar rupiah dan korporasinya," tutur Sri Mulyani di sela-sela acara G20, Bali, Rabu (13/7/2022).

Data-data yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan, maupun Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan kondisi ekonomi Indonesia saat ini terbilang solid.

Namun, indikator yang solid pun belum jaminan. Pengalaman pada 2020-2021 menunjukkan perekonomian Indonesia yang solid juga bisa masuk ke jurang resesi saat pertumbuhan global lumpuh karena pandemi Covid-19.

Secara umum, resesi terjadi ketika ekonomi terkontraksi dua kuartal beruntun. Indonesia bergulat dengan resesi setelah perekonomiannya terkontraksi selama kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021.


Lalu, bagaimanakah kondisi sejumlah indikator ekonomi Indonesia saat ini ?

1. Pertumbuhan ekonomi dan inflasi

Presiden Joko Widodo, pekan lalu, memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,1% pada kuartal II-2022. Jika proyeksi ini benar maka perekonomian Indonesia akan tumbuh di atas 5% selama tiga kuartal beruntun. Artinya, pertumbuhan ekonomi sudah kembali ke level historisnya di kisaran 5%.

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (year on year/yoy) pada kuartal I-2022 dan 5,02% (yoy) pada kuartal IV-2021.
Sementara itu, i
nflasi Indonesia pada Juni juga melonjak menjadi 0,61% (month to month/mtm) dan 4,35% (yoy). Inflasi tahunan Indonesia menjadi yang tertinggi sejak Juni 2017 atau lima tahun terakhir.

Meskipun melejit, Inflasi Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara lain atau negara tetangga seperti Singapura yang mencatatkan inflasi sebesar 5,6% pada Mei, Korea Selatan sebesar 6% pada Juni, Filipina sebesar 6,1% pada Juni, atau India (7,01% pada Juni).


(mae/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Dijaga, Sektor Padat Karya Didorong Tumbuh

Pages