
Tak Berdaya! Kantong Orang Miskin Disedot Beras, Rokok & Kopi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga komoditas pangan mulai berdampak kepada kelompok masyarakat miskin. Data menunjukkan lebih dari 70% pengeluaran penduduk miskin kini tersedot ke pengeluaran makanan seperti beras, rokok, kopi bubuk, hingga mie instan.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 26,16 juta orang, turun 0,34 juta orang terhadap September 2021. Dibandingkan Maret 2021, penduduk miskin turun 1,38 juta orang.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 9,54%. Persentase tersebut turun dibandingkan September 2021 yang tercatat 9,71% dan 27,54% yang tercatat pada Maret 2021.
BPS juga garis kemiskinan tercatat Rp 505.469,00/kapita/bulan. Angka tersebut naik dibandingkan pada Maret 2021 yang tercatat Rp 472.525,00/ kapita/bulan.
Garis kemiskinan adalah pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan sebagai kelompok miskin.
Komposisi garis kemiskinan makanan mencapai Rp 374.455 (74,08%) sementara garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp 131.014 (25,92%).
Komposisi garis kemiskinan makanan pada Maret 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan Maret 2021 yang tercatat 73,96% atau sebelum pandemi pada September 2019 sebesar 73,75%.
"Kenaikan harga-harga dapat berdampak pada bertambahnya beban pengeluaran masyarakat. Tekanan kenaikan harga terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan," tutur Kepala BPS Margo Yuwono, dalam konferensi pers, Jumat (15/7/2022).
![]() Komoditas penyumbang kemiskinan |
Besarnya kontribusi makanan pada garis kemiskinan bisa menjadi persoalan karena mereka akan sangat rentan terhadap setiap pergerakan kenaikan komoditas pangan.
Seperti diketahui, harga komoditas pangan melonjak setelah perang Rusia-Ukraina meletus pada akhir Februari lalu.
Inflasi pada kelompok volatile seperti pangan juga melonjak dalam tiga bulan terakhir. Pada Juni 2022, inflasi kelompok volatile menembus 2,51% (month to month/mtm) dan 10,07% (year on year/yoy). Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2014 atau 7,5 tahun terakhir.
Jika harga kelompok pangan terus meningkat maka penghasilan penduduk miskin makin menguap hanya untuk memenuhi kebutuhan makan mereka.
Dalam catatan BPS, komposisi garis kemiskinan makanan untuk masyarakat kota mencapai 72,48% sementara masyarakat desa sebesar 76,43%.
Sepuluh komoditas utama yang menyebabkan masyarakat kota semakin miskin adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, mie instan, gula pasir, kopi bubul dan kopi instan atau sachet, roti, bawang merah, dan tempe.
Untuk masyarakat desa, penyumbang garis kemiskinan terbesar adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, mie instan, bawang merah, kopi bubuk dan kopi instan, ikan tongkol/tuna/cakalang, dan roti.
Komoditas non-makanan yang menyebabkan masyarakat makin miskin adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, perawatan kulit, muka, kuku, rambut, serta sabun cuci.