Internasional

Inflasi AS Menggila, Harga Bensin hingga Listrik Meroket

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 14/07/2022 15:55 WIB
Foto: Mobil antri untuk mendapatkan gas di pom bensin karena lebih dari dua minggu rompi kuning panjang protes atas kenaikan pajak bahan bakar berdampak pada cadangan dan distribusi bahan bakar, di Saint-Sebastien-sur-Loire dekat Nantes, Prancis, 4 Desember 2018. REUTERS / Stephane Mahe

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi di Amerika Serikat (AS) makin menggila. Data terbaru Biro Statistik Tenaga Kerja pada Rabu (13/7/2022) mencatat inflasi Juni 2022 melonjak 9,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Itu level tertinggi lebih dari 40 tahun dan lebih tinggi dari inflasi Mei 2022 sebesar naik 8,6%. Angka ini juga di atas ekspektasi sebesar 8,8%.

Melansir CNN International, Indeks Harga Konsumen per Juni juga menunjukkan bahwa harga keseluruhan yang dibayar konsumen untuk berbagai barang dan jasa naik sebesar 1,3% dari Mei hingga Juni.


Sebagian besar kenaikan pada Juni didorong oleh lonjakan harga bensin, yang naik hampir 60% sepanjang tahun. Orang Amerika menghadapi rekor harga bahan bakar tertinggi bulan lalu, dengan rata-rata nasional mencapai US$ 5 (Rp 75 ribu) per galon (atau per 3,7 liter) di seluruh negeri.

Tidak hanya itu, harga listrik dan gas alam juga naik masing-masing sebesar 13,7% dan 38,4% pada Juni. Secara keseluruhan, harga energi naik 41,6%.

Namun, peningkatannya terasa di semua kategori. Harga makanan  naik 12,2% sepanjang tahun, termasuk telur 33,1%, mentega 21,3%, susu 16,4%, ayam 18,6%, dan 15,8%. Biaya tempat tinggal bahkan naik 5,6%.

Presiden Joe Biden mengatakan bahwa pembacaan inflasi Juni "sangat tinggi" tetapi mencatat ini juga "ketinggalan zaman," karena harga bahan bakar telah turun dalam 30 hari terakhir. Harga bensin dan minyak mentah sekarang di bawah US$ 100 per barel, turun dari level tertingginya pada Juni.

"Energi saja mencakup hampir setengah dari kenaikan inflasi bulanan," kata Biden, menegaskan bahwa mengatasi inflasi adalah "prioritas utamanya."

"Data hari ini tidak mencerminkan dampak penuh dari hampir 30 hari penurunan harga gas, yang telah mengurangi harga di pompa bensin sekitar 40 sen sejak pertengahan Juni. Penghematan itu menyediakan ruang bernapas yang penting bagi keluarga Amerika. Lainnya, komoditas seperti gandum telah turun tajam sejak laporan ini," tambahnya.

Adapun, rumah tangga Amerika kini perlu menghabiskan US$ 493 (Rp 7,5 juta) lebih per bulan untuk membeli barang dan jasa yang sama seperti yang mereka lakukan saat ini tahun lalu. Karena harga terus naik, mereka juga melampaui kenaikan upah, kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics.

Rata-rata penghasilan riil per jam, yang mewakili pertumbuhan upah yang disesuaikan dengan inflasi, merosot 1% dari Mei hingga Juni dan turun 3,6% dari Juni 2021.


(tfa/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Tarif Trump Belum Terasa, IHK AS Capai 0,1% (mtm)