
Calon Korban Resesi Selanjutnya: Australia!

Australia menjadi salah satu negara yang diperkirakan akan mengalami resesi akibat tingginya inflasi, serta kebijakan bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang agresif menaikkan suku bunga.
Kenaikan suku bunga akan berdampak pada harga perumahan, belanja konsumen dan investasi perumahan yang bisa menekan tingkat keyakinan konsumen.
"Banyak bank sentral saat ini mandatnya pada dasarnya berubah menjadi tunggal, yakni menurunkan inflasi. Kredibilitas kebijakan moneter merupakan aset yang sangat berharga yang tidak boleh hilang, sehingga bank sentral akan agresif menaikkan suku bunga," kata Subbraman dalam acara Street Signs Asia CNBC International, Selasa (5/7/2022).
Analis dari Nomura juga memasukkan Australia sebagai negara yang berisiko mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan. Resesi akan semakin pasar jika kenaikan suku bunga sampai memicu runtuhnya pasar properti.
Sementara, hari ini Australia telah merilis perkiraan inflasi Juli 2022 sebesar 6,3% pada bulan Juli 2022, turun dari bulan sebelumnya yakni 6,7%.
Biro Statistik Australia pagi tadi (14/7/2022) melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,5% pada Juni, dari bulan sebelumnya 3,9%. Tingkat pengangguran tersebut menjadi yang terendah sejak Agustus 1974.
Selain itu, sepanjang bulan lalu perekonomian Australia tercatat mampu menyerap 88.000 tenaga kerja. Meski pasar tenaga kerja sangat kuat, tetapi Negeri Kanguru tetap diperkirakan akan mengalami resesi akibat tingginya inflasi, serta kebijakan bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) yang agresif menaikkan suku bunga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]