
Kabar Baik dari Pertemuan Rusia & Ukraina di Turki, Damai?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertemuan antara delegasi Ukraina dan Rusia yang diadakan di Turki telah mencapai kesepakatan untuk membuka pintu Pelabuhan Odessa untuk jalur ekspor pangan. Hal ini dilakukan tatkala beberapa negara dunia yang bergantung dari biji-bijian Ukraina mulai mengalami krisis pangan.
Menteri pertahanan Turki, Hulusi Akar, mengatakan pada hari Rabu (13/7/2022) kesepakatan itu akan ditandatangani dalam pertemuan berikutnya pada pekan depan. Kesepakatan itu juga akan mencakup peran Turki dalam memastikan keamanan rute pelayaran di Laut Hitam.
"Turki juga akan mendirikan pusat koordinasi dengan Ukraina, Rusia dan PBB untuk ekspor biji-bijian," kata Akar, dikutip The Guardian.
Kesepakatan ini pun mendapat sambutan baik dari Ukraina dan Rusia. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengucapkan terima kasih kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan juga Turki yang dianggapnya sangat peduli dengan isu krisis pangan dunia yang disebabkan serangan Rusia ke negaranya.
"Kami memang melakukan upaya signifikan untuk memulihkan pasokan pangan ke pasar dunia. Dan saya berterima kasih kepada PBB dan Turki atas upaya mereka masing-masing," ujarnya dalam sebuah sesi pernyataan harian.
Di sisi lain, Kepala Departemen Organisasi Internasional di Kementerian Luar Negeri Rusia, Pyotr Ilyichev, mengatakan Moskow ingin ambil bagian dalam pembukaan blokade pelabuhan ini untuk menghindari penyelundupan senjata.
Pelabuhan Odessa sendiri merupakan pintu yang sangat penting bagi ekspor biji-bijan Ukraina, yang juga merupakan eksportir penting bahan pangan dunia.
Pelabuhan yang berada di bibir Laut Hitam itu sedang menghadapi blokade serius pasca serangan Rusia ke Ukraina. Bahkan, jalur keluar pelabuhan itu dipenuhi ranjau dan juga patroli kapal perang milik Moskow.
Sementara itu, terkait proses perdamaian, belum ada progres yang signifikan ke arah itu. Menteri Luar Negeri Ukraina Dymtro Kuleba mengatakan Rusia masih terus menghujani beberapa kota di negaranya dengan serangan.
Rusia mendeklarasikan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Manuver ini bertujuan untuk melawan kelompok nasionalis yang telah melakukan genosida dan diskriminasi terhadap masyarakat berbahasa Rusia.
Selain itu, Kremlin juga berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung kepada aliansi pertahanan pimpinan Amerika Serikat (AS), NATO, juga telah mengancam keamanan negara.
Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menggunakan pasal 5 aliansi itu untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.
Meski peperangan hanya terjadi antara kedua negara, krisis akibat perang ini sudah dirasakan oleh dunia. Selain kekurangan pangan akibat terhentinya pengiriman dari Ukraina, terjadi juga krisis energi yang disebabkan embargo Barat atas sumber energi dari Rusia.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Delegasi Ukraina Tinju Wakil Rusia di Turki, Kenapa?