Harga Minyak Dunia Tinggi, Tak Jamin Investasi Hulu Migas RI

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Kamis, 14/07/2022 13:10 WIB
Foto: Medco e&p natuna temukan cadangan gas di perairan natuna. (SKK Migas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi di sektor hulu minyak dan gas (migas) hingga semester 1 ini tercatat mencapai US$ 4,8 miliar atau Rp 72 triliun (kurs Rp 15.000/US$) . Angka tersebut relatif cukup kecil jika dibandingkan target tahun ini yang ditetapkan sebesar US$ 13,2 miliar.

Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, menilai meski harga minyak mentah global saat ini masih di atas US$ 100 per barel, bukan menjadi jaminan investasi hulu migas turut terkerek. Pasalnya, beberapa pihak memperkirakan efek dari resesi ekonomi akan membalikkan kembali harga minyak mentah.

"Sebenarnya kalau bicara tren apalagi investor migas itu kan butuh 20-30 tahun jangka panjang maka mereka khawatir dampak dari perlambatan ekonomi ini hanya membuat harga minyak mentah naik sementara, tapi ke depannya demand dari minyak atau energi bisa mengalami perlambatan terutama di tahun 2023 2024 yang masih banyak ketidakpastiannya," ujar Bhima kepada CNBC Indonesia, Kamis (14/7/2022).


Menurut Bhima untuk melakukan kegiatan eksplorasi migas di Indonesia juga cukup menantang dan penuh ketidakpastian bagi investor, apalagi pemerintah juga tengah melakukan perbaikan Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK).

"Yang jelas masih banyak kendala terutama masalah izin perizinan dan masalah terkait dengan Pemda pembebasan lahan dan itu memerlukan waktu yang cukup lama," ujarnya.

Di samping itu, ia juga turut menyoroti dimana bauran energi fosil akan mengalami penurunan dalam beberapa tahun ke depan. Meskipun, seakan-akan permintaan minyak masih akan tetap tinggi, namun untuk jangka panjang sektor migas membutuhkan investasi yang cukup besar.

Sementara dengan standar lingkungan hidup yang semakin ketat, maka untuk mencari pendanaan eksplorasi migas tidaklah begitu mudah. Kalaupun ada, biaya bunga pinjamannya akan jauh lebih mahal dari rata rata pinjaman pasar.

"Ditambah adanya kenaikan tingkat suku bunga secara global itu yang buat banyak perusahaan berfikir untuk investasi di hulu migas. Sekarang banyak bahkan yang kembangkan di enegri terbarukan," kata dia.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan momentum kenaikan harga migas ini tidak serta merta mendorong kenaikan investasi migas. Dimana investasi migas saat ini baru mencapai US$ 4.8 Miliar.

Seperti diketahui, SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) telah menghasilkan lima rekomendasi dalam rangka peningkatan kinerja hulu migas nasional.

Kelima rekomendasi tersebut dalam rangka mencapai target produksi minyak dan gas dalam jangka pendek serta target jangka panjang 2030 yaitu produksi 1 juta BOPD minyak bumi dan 12 BSCFD. Adapun kelima rekomendasi tersebut diantaranya adalah;

Pertama, melakukan inventarisasi upaya-upaya jangka pendek (dalam 3 bulan) peningkatan produksi migas (kuantitatif per jenis upaya). Kedua, melakukan pengkajian cost and benefit upaya peningkatan produksi yang massif, agresif dan efisien, serta beberapa dampaknya terhadap produksi.

Ketiga, Melakukan upaya peningkatan produksi, khususnya untuk program Filling The Gap. Keempat, melakukan pendalaman mekanisme EOR (jika dapat diimplementasikan) terkait pemetaan potensi pengembangan baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk variasi jenis chemical yang dapat dipergunakan.

, Menyiapkan WP&B 2023 secara massif, agresif dan efisien sesuai dengan komitmen-komitmen kepada Pemerintah (KKP dll) dan Long Term Planning.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Genjot Produksi Migas 2025, PHR Bor 5 Sumur-Pakai Teknologi EOR