Ini Biang Keladi yang Bikin Kuota Pertalite Terancam Jebol
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menginisiasi kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite sebesar 23,5 juta Kilo Liter (KL) pada tahun 2022. Diperkirakan konsumsi dari BBM Pertalite itu akan mengalami kelebihan dan jebol.
Direktur Eksekutif ReforMiner, Komaidi Notonegoro mengatakan jika melihat data sebelum Pertalite menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) menggantikan BBM Premium, konsumsi Pertalite pada waktu itu mencapai 22 juta kl per tahun. Sementara konsumsi Premium antara 6 sampai 8 juta kl.
"Jadi kalau ditambah 22 juta kl sudah kisaran 30 juta kl. Tetapi kita sama-sama paham, mengenai kapasitas fiskal, saya kira pemerintah juga memahami volumenya yang rasional itu mungkin sekira 28 sampai 30 juta kl. Tapi ruang fiskalnya yang ada adalah untuk 23 juta kl," ujar Komaidi dalam Economic Challenges, Selasa Malam (12/7/2022).
Sehingga menurut Komaidi, perlu upaya lebih agar kuota BBM Pertalite mencukupi hingga 31 Desember 2022. Salah satunya dengan menyaring siapa yang berhak membeli BBM itu di lapangan.
Sementara, Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto menyadari kuota Pertalite yang ditetapkan di dalam APBN 2022 sebesar 23,5 juta kilo liter (kl) kurang. Apalagi telah terjadi migrasi dari pengguna Premium ke Pertalite. "Sehingga kami waktu itu menyetujui tambah volume 5 juta kl sehingga sampai 28 juta kl," kata dia.
Namun demikian, yang menjadi beban cukup besar yakni antara harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) di dalam APBN 2022 sebesar US$ 63 per barel dengan harga aktual.
"Bahkan ICP hari ini, anggaran 2022 yang masih berjalan bahkan sudah US$ 177. Ini senjang betul dan harus dikompensasi dan subsidi yang menjadi besar. Karena subsidi energi di APBN tahun 2022 total hanya 134 triliun dimana untuk listrik Rp 57 triliun untuk BBM dan Gas Rp 77 triliun," katanya.
Berdasarkan hitungan BPH Migas jika konsumsi Pertalite pada tahun ini mengalami kenaikan sebesar 10% saja, maka hingga akhir tahun konsumsinya diperkirakan akan tembus 25 juta kl. Sementara, jika konsumsinya naik sebesar 20%, maka hingga akhir tahun konsumsinya diproyeksi mencapai 28 juta kl.
(pgr/pgr)