Usai Sengat Barat, Teror Inflasi "Hantui" Asia! Ini Buktinya

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
12 July 2022 15:36
Mahathir Mohamad
Foto: REUTERS/Darren Whiteside

Inflasi di negara-negara berkembang di Asia Pasifik terpantau lebih tinggi ketimbang inflasi di negara-negara maju. Hal tersebut karena negara berkembang cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di negara maju.

Pertumbuhan ekonomi yang cepat dapat menyebabkan kelebihan permintaan dan kesenjangan output yang menyebabkan inflasi lebih tinggi. Lantas, seberapa parah lonjakan inflasi di negara berkembang?

1. Thailand

Inflasi Thailand pada Juni mencapai 7,66% secara tahunan dan menjadi level tertinggi hampir 14 tahun. Kenaikan didorong oleh harga energi yang lebih tinggi dan sejumlah barang pokok.

Angka tersebut juga melampaui batas target bank of Thailand (BOT) di 1-3%. Analis DBS bank memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,75% pada pertemuan di Agustus.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, angka inflasi tersebut telah melonjak lebih dari lima kali lipat dari 1,33% di Juni 2021.

2. India

Tidak jauh berbeda, inflasi per Mei di India mencapai 7,04% didorong oleh melambungnya harga bahan pangan seperti sayuran, bumbu-bumbuan, dan minyak nabati.

Kenaikan harga bahan pangan tersebut sangat memberatkan karena pangan adalah kebutuhan dasar. Selama tiga bulan terakhir, harga pangan rata-rata melonjak 7,3% sementara harga bahan bakar rumah tangga melonjak 15%.

Inflasi juga didorong oleh melambungnya harga energi seiring lonjakan harga minyak mentah dunia yang selalu di atas US$ 100 per barel sejak serangan Rusia ke Ukraina, 24 Februari lalu.

Inflasi Mei sebenarnya telah melandai jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tapi laju inflasi tersebut masih jauh di atas target bank sentral India (RBI) di 2-6%.

Namun, jika dibandingkan Juni 2021, laju inflasi telah terakselerasi dari 6,26% ke 7,04% di Mei 2022.

3. Indonesia

Awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melaporkan inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017.

Kelompok volatile menjadi pemicu kenaikan inflasi yang tinggi tersebut. Kenaikan harga kelompok volatile menembus 2,51% (mtm) dan 10,07% (yoy).

Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2014 atau 7,5 tahun terakhir. Jika dilihat lagi inflasi volatile meroket di item bahan makanan yang mencapai 2,3% (mtm) dan 9,57% (yoy). Pada Juni 2021, inflasi Indonesia masih berada di 1,33%, artinya inflasi telah melonjak lebih dari tiga kali lipat ke 4,35% di Juni 2022.

4.  Malaysia

Menariknya, angka inflasi di negeri tetangga, yakni Malaysia menunjukkan tren menurun. Malaysia menjadi satu-satunya negara di Asia Pasifik yang tercatat mengalami penurunan pada angka inflasi dari Juni 2021 ke Mei 2022.

Pada Juni 2021, angka inflasi Malaysia berada di 3,4%, turun jika dibandingkan dengan inflasi di Mei 2022 yang berada di 2,8%. Melansir Reuters, penyebab inflasi yang lebih tinggi di Juni 2021 karena biaya transportasi melonjak 16,6%, serta kenaikan pada harga perumahan, utilitas dan pangan.

Menurunnya angka inflasi pada tahun ini, tidak lepas dari langkah pemerintahnya dengan menggelontorkan subsidi agar harga sejumlah bahan pokok tidak naik.

Pada tahun ini, pemerintah Malaysia telah menghabiskan US$22 miliar untuk subsidi dan menjadi paket dukungan tertinggi dalam sejarah negara tersebut. Hal tersebut bertujuan guna meredam lonjakan biaya bensin, solar, bahan bakar gas cair, minyak goreng, tepung, hingga biaya listrik.

Sehingga, angka inflasi pun terjaga dan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan negara berkembang di Asia Pasifik lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular