RI Banjir Pasokan CPO, Produksi Bisa Naik Tembus 51 Juta Ton

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
12 July 2022 10:25
Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi minyak sawit Indonesia hingga akhir tahun 2022 diprediksi naik 8-10% dibandingkan tahun 2021. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, total produksi minyak sawit Indonesia tahun 2021 mencapai 51,30 juta ton.

Dimana, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) tercatat sebanyak 46,88 juta ton. Sedangkan, 4,41 juta ton lainnya merupakan minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil/ CPKO).

Total konsumsi lokal tahun 2021 adalah 18,42 juta ton, sedangkan 34,23 juta ton lainnya dipasok ke pasar ekspor. Sebanyak 8,95 juta ton konsumsi lokal adalah untuk pangan, sisanya oleokimia dan biodiesel.

Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan, produksi tahun ini lebih baik dibandingkan tahun 2021. Bahkan, kata dia, bisa kembali ke posisi tahun 2019, sebelum krisis pandemi Covid-19.

"Secara umum produksi tahun 2021 bisa 8-10% di atas tahun lalu," kata Tungkot kepada CNBC Indonesia dikutip Selasa, (12/7/2022).

Jika mengacu data GAPKI tahun 2021, produksi CPO tahun 2022 bisa naik menjadi 50,63 hingga 51,57 juta ton. Jika total ditambah CPKO, produksi tahun 2022 bisa mencapai 55,40 hingga 56,43 juta ton.

Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengatakan hal senada.

"Saat ini sedang periode produksi, Juli-Agustus bisa berkontribusi 25% terhadap setahun. Saat ini siklus produksi lagi tren naik," kata Gulat kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (12/7/2022).

Karena itu, Tungkot mengatakan, pemerintah harus mempercepat upaya meningkatkan konsumsi di dalam negeri. Dimana, pemerintah sudah mencanangkan penggunaan B35.

Realisasi penyerapan B35, ujarnya, harus dipercepat sehingga bisa menyerap stok CPO dalam negeri yang diperkirakan sudah mencapai 8 juta ton saat ini.

"Toh nggak ada bedanya aturan B30 yang sudah adengan B35 dan B40. Yang penting, komitmennya ada dan jangan diatur mafia impor bbm. Ada urgensinya saat ini. Selamatkan neraca perdagangan migas, penghematan devisa dan penyelamatan jutaan petani sawit. Semestinya 1 minggu ini bisa dijalankan. SOP telah ada, semua sudah ada, jadi tidak ada alasan untuk menunda. Hanya menambah sekitar 10% volume kok pake lama?," tukasnya.

Sekjen Gapki Eddy Martono menambahkan, pengosongan stok dibutuhkan terutama di saat periode panen sekarang. Jika tidak, akan terjadi penumpukan stok.

"Percepatan ekspor dibutuhkan. Sebaiknya ada relaksasi dulu kebijakan untuk mempercepat ekspor. Sebaiknya dilepas dulu DMO dan DPO sampai stok turun ke 3-4 juta ton," ujarnya.

"Karena panen harus jalan terus tidak bisa berhenti. Kasihan juga petani, TBS (tandan buah segar) tidak terserap. Kalau pun terserap harga jatuh," pungkas Eddy.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kacau! Ekspor Belum Maksimal, Stok CPO Bakal Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular