Internasional

Ukraina "Ngamuk",1 Juta Tentara Siap Rebut Wilayah dari Putin

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
11 July 2022 20:49
Seorang wanita mengibarkan bendera Ukraina saat menghadiri protes menentang invasi Rusia ke Ukraina, di Valletta, Malta, Sabtu (26/2/2022). (REUTERS/Darrin Zammit Lupi)
Foto: Seorang wanita mengibarkan bendera Ukraina saat menghadiri protes menentang invasi Rusia ke Ukraina, di Valletta, Malta, Sabtu (26/2/2022). (REUTERS/Darrin Zammit Lupi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ukraina dilaporkan telah mengumpulkan hingga satu juta tentara untuk merebut wilayah Selatannya yang dikuasai Rusia. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Alexey Reznikov dalam sebuah wawancara dengan The Times.

Reznikov menyatakan bahwa operasi untuk merebut wilayah Selatan itu sendiri telah diperintahkan oleh panglima militer tertinggi. Ia menyebut saat ini rencana itu sedang dirancang oleh pihak tentara.

"Kami adalah orang-orang dari dunia bebas dan dengan rasa keadilan dan kebebasan yang nyata. Kami memiliki sekitar 700.000 angkatan bersenjata dan ketika Anda menambahkan penjaga nasional, polisi, penjaga perbatasan, kami memiliki sekitar satu juta orang," ujarnya dalam wawancara itu sebagaimana dikutip Russia Today, Senin (11/7/2022).

Wilayah Ukraina Selatan seperti Kherson dan Melitopol sendiri saat ini sudah berhasil dikuasai Rusia. Bahkan, Moskow sedang berusaha untuk membentuk sebuah pemerintahan di wilayah itu.

Reznikov kemudian juga mengutarakan rasa terima kasihnya kepada Inggris dan Amerika Serikat (AS) yang saat ini masih memberikan sokongan persenjataan berat untuk negaranya yang masih menahan serangan Rusia.

"Mitra kami di London dan Washington DC dan ibu kota lainnya, mereka berinvestasi pada kami, tidak hanya dengan uang tetapi harapan orang-orang mereka bahwa kami harus membuat Kremlin kalah. Kita harus memenangkan perang ini bersama-sama," tambahnya.

Tak hanya itu, Reznikov pun berpendapat bahwa aliansi yang dirancang Presiden Rusia Vladimir Putin telah hancur. Ia merujuk pada keputusan Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, untuk menolak mengakui Republik Rakyat Lugansk dan Donetsk sebagai negara berdaulat.

"Saya yakin dalam beberapa tahun ke depan kita akan melihat prosesi seruan kedaulatan di wilayah Rusia. Federasi Rusia akan mengakhiri hidupnya sebagai negara yang berbeda - Tatarstan, Bashkortostan, dll," ujar Reznikov lagi.

Putin mendeklarasikan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu yang bertujuan untuk melawan kelompok nasionalis yang telah melakukan genosida dan diskriminasi terhadap masyarakat berbahasa Rusia.

Selain itu, ia juga berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung kepada aliansi pertahanan pimpinan AS, NATO, juga telah mengancam keamanan negara. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menggunakan pasal 5 aliansi itu untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.

PBB sendiri mencatat banyak warga sipil yang menjadi korban dari peperangan ini. Laporan badan global itu menyebut sudah ada lebih dari 4.700 warga sipil yang tewas serta lebih dari 6 juta warga Ukraina mengungsi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Berlanjut! Rusia Kirim Rudal ke Ukraina, Listrik Langsung Padam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular