Target Lifting Minyak RI 2022 Ambles Jadi 640 Ribu Barel/Hari

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 08/07/2022 19:42 WIB
Foto: Proyek Migas Bukit Tua, dioperasikan oleh Petronas. (Doc SKK Migas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menetapkan target produksi minyak siap jual atau lifting di tahun ini sebesar 640 ribu barel per hari (bph). Angka tersebut setidaknya turun jika dibandingkan target yang ditetapkan pada APBN 2022 yang sebesar 703 ribu bph.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa tekanan dari pandemi Covid-19 telah membuat beberapa proyek mengalami kemunduran. Sehingga berdampak pada capaian lifting di tahun ini.

Sementara, pada tahun depan Dwi memperkirakan bahwa target lifting minyak akan berada di level 660.000-680.000 barel per hari. Hal itu juga sudah disepakati oleh pemerintah dan DPR pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2023.


"Setelah ada pandemi itu kan outlook kita di tahun 2022 ini, nanti itu kita targetkan sekitar 640 ribu bph jadi kalau tahun depan itu naik dong 660 ribu bph," kata dia saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (8/7/2022).

Seperti diketahui, produksi terangkut (lifting) minyak dan gas bumi nasional selama kuartal I 2022 ini masih di bawah target. SKK Migas sebelumnya melaporkan, lifting minyak selama Januari-Maret 2022 rata-rata mencapai 611,7 ribu barel per hari (bph), lebih rendah dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar 703 ribu bph.

Begitu juga dengan lifting gas, rata-rata kuartal I masih sebesar 5.321 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lebih rendah dari target 5.800 MMSCFD.

Dwi mengatakan masih belum tercapainya target lifting migas selama kuartal I 2022 ini karena masih adanya sejumlah kendala. Dimulai dari titik awal produksi (entry point) pada awal tahun 2022 yang rendah karena dampak dari pandemi Covid-19 hingga terjadinya penghentian operasi yang tak terduga (unplanned shutdown) di sejumlah lapangan migas.

"Produksi dan lifting mostly kita masih terkendala karena entry point yang masih rendah di tahun 2022 karena dampak dari pandemi 2021, jadi kita lost di sana sekitar 20 ribu barel per hari (bph), kemudian mostly juga dampak dari unplanned shutdown," tuturnya saat konferensi pers, Jumat (22/04/2022).

Dia menjabarkan, pada awal Januari 2021, posisi produksi minyak masih berada di kisaran 687 ribu bph, namun sayangnya terjadi sejumlah kejadian, mulai dari kebocoran pipa seperti di Blok Offshore North West Java (ONWJ), unplanned shutdown di Medco Natuna, lalu perawatan di HCML, unplanned shutdown di BP, dan lainnya, sehingga pada akhir 2021 produksi turun menjadi 652 ribu bph.

Kemudian, terjadi kembali unplanned shutdown atau gangguan di PHE ONWJ, lalu PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), dan Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) pada akhir 2021 hingga awal 2022, sehingga pada Januari 2022 produksi dimulai rendah pada tingkat 616 ribu bph. Namun pada Februari naik lagi menjadi 626 ribu bph, dan Maret 2022 sekitar 628 ribu bph.

"Kita coba bagaimana menurunkan unplanned shutdown, ini sudah jadi strategi kita, tapi so far belum sukses," ucapnya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini