Jokowi Tak Main-main Soal Krisis Pangan, Ini Buktinya!

Maesaroh, CNBC Indonesia
08 July 2022 14:55
Anak-anak yang menderita kurang gizi di Sudan Selatan
Foto: PBB

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina mengakibatkan jutaan warga dunia terdampak kelaparan, terancam krisis pangan akut, hingga kekurangan gizi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporannya The State of Food Security and Nutrition in the World 2022 (8/7/2022) memperkirakan terdapat 828 juta penduduk dunia yang terdampak kelaparan pada 2021. Angka tersebut melonjak 46 juta dibandingkan 2020 dan meningkat hingga 150 juta dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

PBB juga memperkirakan 2,3 miliar penduduk di dunia atau sekitar 30% total populasi global menderita kerawanan pangan moderat. Artinya, mereka tidak memiliki akses yang cukup untuk mendapatkan makanan yang layak. Jumlah tersebut meningkat 350 juta dibandingkan yang tercatat pada 2019, atau sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.

Dari sekitar 2,3 miliar penduduk dunia yang menderita kerawanan pangan moderat, sebanyak 924 juta di antaranya sudah masuk dalam tahap kerawanan pangan parah. Jumlah tersebut meningkat hingga 207 juta dalam dua tahun.

Jumlah warga dunia yang terdampak kelaparanSumber: PBB
Jumlah warga dunia yang terdampak kelaparan

PBB mengatakan sekitar 278 juta orang di Afrika diperkirakan tidak memiliki akses untuk mendapatkan pangan yang cukup. Jumlah kelompok tersebut bahkan mencapai 425 juta di Asia sementara di kawasan Amerika Latin dan Karibia mencapai 56,5 juta.

PBB mengatakan pandemi Covid membuat perekonomian memburuk sehingga makin banyak negara yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan warganya. Perang Rusia-Ukraina memperburuk keadaan karena perang melambungkan harga komoditas pangan dan energi serta harga pupuk. 

PBB bahkan memperkirakan sejumlah negara yang masuk kategori paling miskin akan jatuh kepada kategori famine-kondisi di mana kekurangan makanan yang sudah menimbulkan kelaparan hebat, kematian, serta kekurangan gizi akut dan kritis.

Negara terakhir yang masuk kategori famine adalah Sudah Selatan pada 2017. Somalia juga sudah masuk dalam kategori tersebut. Bencana kelaparan di Somalia diperkirakan telah menewaskan 260.000 orang pada 2020-2012. Kekeringan parah juga membuat 16 juta warga Somalia, Kenya, dan Ethiopia kelaparan.

"Jumlah orang yang menderita kurang gizi akan terus naik dalam beberapa bulan ke depan. Ini Sangat berbahaya. Kenaikan komoditas pangan dan bahan bakar membuat banyak negara terancam masuk ke jurang kelaparan," tutur David Beasley, direktur eksekutif Program Pangan Dunia PBB (WFP), dikutip dari website resmi PBB.

Laporan PBB juga menyebut ada 45 juta anak-anak berusia di bawah lima tahun yang menderita kekurangan gizi akut dengan risiko kematian hingga 12 kali lipat.
Sebanyak 149 juta anak-anak berusia lima tahun ke bawah juga tumbuh dalam kondisi stunting dan menderita kurang gizi kronis.

Sementara itu, Badan Pangan Dunia (FAO) memperkirakan perang Rusia akan membuat kerawanan pangan melebar dan bencana kelaparan meningkat. Sekitar 50 juta orang di 45 negara diperkirakan hidup dalam kondisi mendekati bencana kelaparan akut.

Saat ini, juga diperkirakan ada 345 juta warga dunia yang menderita kurang makan akut dan menuju jurang kelaparan. Angka tersebut naik 25% dibandingkan perkiraan yang dihitung pada awal perang Rusia-Ukraina akhir Februari lalu. Angka tersebut juga meningkat pesat dibandingkan 135 juta sebelum pandemi Covid-19.

Laporan PBB tersebut sejalan dengan kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi).  Peringatan akan krisis pangan sudah beberapa kali diingatkan Presiden Jokowi.

"Di Afrika dan beberapa negara di Asia sudah mulai yang namanya kekurangan pangan akut, sudah mulai yang namanya kelaparan. Bayangkan," kata Jokowi, pada pengarahan dalam Puncak Hari Keluarga Nasional ke 29 di Medan yang disiarkan secara live melalui Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (7/7/2022).

Meskipun dalam pidatonya Jokowi mengatakan masyarakat Indonesia harus bersyukur karena komoditas pangan strategis nasional tetap terjaga, kenyataannya Indonesia juga tidak lepas dari dampak panjang akibat krisis pangan.

Dalam laporannya, PBB memperkirakan jumlah warga Indonesia yang masih hidup dalam kondisi undernourishment atau kekurangan gizi menembus 17,7 juta pada 2019-2021. Angka tersebut turun jauh dibandingkan periode 2004-2006 yang tercatat 43,5 juta.

Jumlah masyarakat Indonesia yang menderita kekurangan gizi jauh lebih besar bahkan jika dibandingkan dengan Myanmar (1,7 juta), Kamboja (1 juta) atau Laos (0,4 juta). Malaysia, Singapura, dan Brunei adalah negara SEAN yang masyarakatnya tidak ada satupun yang menderita kekurangan gizi.

PBB juga mencatat masih ada 1,9 juta masyarakat Indonesia yang mengalami kerawanan pangan pada 2019-2021, berkurang dibandingkan 1,8 juta pada 2014-2016.

Jumlah anak di bawah usia lima tahun yang mengalami stunting mencapai 7,5 juta pada 2020, turun dibandingkan 8,1 juta pada 2019. Sementara itu, jumlah bayi yang dilahirkan dalam kondisi berat badan kurang mencapai 500.000.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular