Capek Nunggu Inden Mobil, Orang Jepang Borong Motor
Jakarta, CNBC Indonesia - Selama puluhan tahun, sepeda motor buatan pabrikan Jepang merajai jalanan di berbagai penjuru dunia. Namun, sepeda motor malah tersingkir dari rumah mereka sendiri.
Tren tersebut mulai berubah setelah pandemi Covid-19. Kepraktisan, ongkos yang lebih murah, serta lamanya masa tunggu untuk mendapatkan mobil baru membuat masyarakat Jepang sedikit demi sedikit mengalihkan pilihan kepada sepeda motor.
Asosiasi sepeda motor dan kendaraan bermotor ringan Jepang mencatat permintaan akan sepeda motor meningkat selama semester I tahun ini. Penjualan sepeda motor untuk kapasitas mesin di atas 251 cc mencapai 51.035 pada periode Januari-Juni 2022, melonjak 32%.
"Saya tidak pernah membayangkan akan melihat hal seperti ini," tutur Hideaki Iwami, kepala penjualan Honda Motorcycle Jepang, seperti dikutip dari The Japan Times.
Pabrikan jepang seperti Honda Motor Co., Yamaha Motor Co. dan Kawasaki Heavy Industries Ltd sebelumnya memproyeksikan bahwa penjualan akan turun sejalan dengan meningkatnya populasi penduduk usia tua. Namun, proyeksi mereka meleset setidaknya untuk saat ini. Perubahan terjadi karena pandemi Covid-19.
Pandemi membuat banyak orang memiliki pendapatan lebih karena pengeluaran mereka untuk jalan-jalan atau makan di luar berkurang. Mereka juga lebih berkeinginan untuk menghabiskan waktu di luar ruangan.
Sepeda motor juga memungkinkan masyarakat Jepang terhindar dari keramaian menggunakan angkutan umum.
Persoalan rantai pasok juga membuat kendala pada pasokan spare part sehingga butuh waktu berbulan-bulan-bulan bahkan tahunan bagi seseorang untuk memiliki mobil. Masyarakat Jepang setidaknya membutuhkan waktu dua bulan untuk bisa memiliki mobil baru.
Sepeda motor pun kemudian menjadi pilihan bagi banyak orang, seperti bagi Yurika Kakiuchi, pekerja yang tinggal di prefektur Chiba. Dia baru saja mendapatkan surat izin mengemudi untuk mengendarai sepeda motornya yang bermesin 400 cc.
"Saya ingin mencoba pengalaman baru," tutur Kakiuchi.
Perubahan gaya hidup orang Jepang ini tentu saja menguntungkan bagi pabrikan Negeri Sakura. Honda paling diuntungkan dengan penjualan mencapai 15.142 unit, atau melonjak 54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penjualan Kawasaki melesat 69%, Suzuki Motor Corp melonjak 19%. Namun, penjualan Yamaha Motor turun 6,8%.
Jika permintaan tersebut naik maka penjualan sepeda motor dengan kapasitas mesin 250 cc ke atas bisa melewati 100.000 unit pada tahun ini. Penjualan di atas 100.000 akan menjadi yang pertama kalinya sejak 1998 atau 24 tahun lalu.
Sepeda motor pernah mengalami masa kejayaan pada periode 1980an dengan penjualan lebih dari 100.000 per tahun. Berubahnya demografi, meningkatnya sepeda listrik, serta tindakan tegas untuk parkir illegal, penggunaan sepeda motor di Jepang.
Produsen sepeda motor Jepang semula hanya menggantungkan penjualan mereka kepada penduduk tua Jepang yang ingin pensiun. Namun, kaum muda juga kini menjadi sasaran. Pasalnya, semakin banyak kaum muda Jepang yang tertarik membeli sepeda motor karena harganya yang lebih murah dibandingkan mobil.
Meningkatnya ketertarikan kaum muda Jepang kepada sepeda motor bisa dilihat dari besarnya penjualan sepeda motor dengan kapasitas mesin besar. Sebanyak 70% pembeli Honda adalah model CBR400R. Mereka rata-rata berusia 30 tahun ke bawah.
Kendati demikian, Iwami tidak mau jumawa. Dia tetap memandang tren ini secara hati-hati karena tren bisa berubah arah. "Yang pasti sekarang pabrikan menerima banyak pesanan dan produksi tidak mampu memenuhinya," tutur Iwami.
TIM RISET CNBC INDOONESIA
(mae/mae)