Produksi Minyak Mentah RI Masih Loyo, Sulit Kejar Target?
Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya pemerintah untuk mengejar target produksi minyak dan gas di 2030 agaknya cukup sulit. Pasalnya realisasi produksi harian untuk minyak masih belum mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM produksi minyak hingga 5 Juli 2022 tercatat baru mencapai 601.673 barel per hari (bph). Sementara target produksi siap jual atau lifting minyak pada tahun ini yanki sebesar 703 ribu bph.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyadari bahwa upaya untuk menggenjot produksi di dalam negeri tidaklah mudah. Pasalnya ladang-ladang migas yang saat ini beroperasi merupakan lapangan tua yang memiliki natural decline yang cukup tajam.
Ditambah, beberapa blok besar seperti Blok Cepu dan Rokan yang selama ini menjadi tumpuan produksi minyak nasional telah mengalami decline.
"Lapangan Banyu Urip (Blok Cepu) memang sudah declining sudah waktunya. Rokan sedang berusaha terus untuk naik dengan pengeboran dan work over yang masif," katanya.
Adapun produksi di Lapangan Banyu Urip sendiri saat ini tercatat hanya mencapai 170 ribu bph. Sementara produksi untuk Blok Rokan yakni tercatat berkisar di angka 165 hingga 168 ribu bph.
"Sangat menantang. Ya semakin realistis lah ya. Memang kalau belum ada ditemukan cadangan baru yang besar ya akan tetap sulit menaikkan produksi secara signifikan.
SKK Migas sebelumnya mencatat kinerja capaian produksi lifting migas kuartal 1 tahun ini masih loyo. Hal tersebut terjadi lantaran banyaknya unplanned shutdown di beberapa lapangan minyak.
Berdasarkan data regulator hulu ini, lifting untuk minyak misalnya baru mencapai 611,7 ribu barel per hari (bph) atau baru mencapai 87% dari target sebesar 703 ribu bph. Sementara, untuk gas mencapai 5.321 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92% dari target 5.800 MMSCFD.
(pgr/pgr)