
Redam Inflasi, Biden Siap Potong Tarif Impor China?

Jakarta, CNBC Indonesia - 'Hantu' resesi Amerika Serikat (AS) semakin menguat belakangan ini. Penyebabnya, inflasi yang tinggi serta kebijakan bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga.
Untuk mengurangi inflasi, Presiden AS Joe Biden tengah mencari opsi apakah akan memotong tarif impor China
Juru Bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan tim Biden masih mempertimbangkan berbagai strategi, setelah berminggu-minggu musyawarah dalam pemerintahan mengenai pemotongan tarif sebagai cara untuk meredakan inflasi yang tinggi.
"Ada banyak elemen berbeda dalam hal ini, terutama karena pemerintahan sebelumnya memberlakukan tarif ini dengan cara yang serampangan, dengan cara yang tidak strategis," kata Jean-Pierre, dilansir Reuters, Rabu (6/7/2022).
"Jadi kami ingin memastikan bahwa kami memiliki pendekatan yang tepat. Dan sekali lagi, timnya berbicara, mencari tahu, dan mereka membicarakan ini," tambhanya.
Jean-Pierre menolak memberikan jadwal keputusan Biden ketika ditanya apakah itu akan menunggu sampai dia berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
Adapun, lebih dari 400 permintaan untuk mempertahankan tarif pada barang-barang China telah diajukan ke kantor Perwakilan Dagang AS pada Selasa (5/7/2022) malam. Hal ini dilaporkan memperumit pengambilan keputusan Biden.
Di antaranya adalah komite yang terdiri dari 24 serikat pekerja dari AFL-CIO hingga Asosiasi Pilot Jalur Udara, yang telah meminta agar semua tarif "Bagian 301" yang dikenakan oleh mantan Presiden Donald Trump berlanjut, mencakup sekitar US$ 370 miliar dalam impor China.
Jika secara substansial menghapus tarif, Biden harus memunggungi konstituen utama. Biden sendiri menggambarkan dirinya sebagai presiden paling pro-buruh dan sangat bergantung pada serikat pekerja untuk mendukung kemenangannya.
Pertimbangan ini juga datang ketika USTR sedang melakukan tinjauan undang-undang empat tahun tentang tarif, dengan satu tenggat waktu untuk mengajukan permintaan agar tarif tetap berlaku berakhir pada Selasa malam dan yang lainnya berlangsung hingga 22 Agustus.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Resmi Dimakzulkan Gegara Anak, Diancam Muslim AS
