
Tawaran Putin Bangun Pembangkit Nuklir di IKN Layak Diterima?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan kepada pemerintah Indonesia untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Ibu Kota Negara (IKN) baru Nusantara di Kalimantan Timur. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah merespon atas tawaran tersebut.
Layakkah diterima tawaran Putin atas rencana pembangunan PLTN di IKN Nusantara tersebut?
Pakar Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi menilai dengan segudang pengalaman yang dimiliki oleh Rosatom, tawaran Putin untuk mengembangkan PLTN di Indonesia pun layak diterima.
"PLTN termasuk energi bersih, yang dapat melengkapi bauran energi baru terbarukan (EBT) pembangkit listrik di Indonesia," ujar kepada CNBC Indonesia
Menurut Fahmy PLTN juga dapat mengatasi kelemahan Pembangkit Tenaga Surya dan Bayu, yang tidak dapat memasok listrik secara penuh sepanjang waktu. Mengingat sumber pembangkit itu bersifat intermitten, yang tergantung cahaya matahari dan hembusan angin.
Oleh sebab itu, sebelum kerja sama Indonesia dan Rusia direalisasikan, Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir. "KEN itu harus diubah menjadikan PLTN sebagai energi prioritas," katanya.
Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat (public acceptances rate) terhadap penggunaan PLTN. Pasalnya, selama ini tingkat penerimaan masyarakat terhadap PLTN masih sangat rendah.
"Salah satunya disebabkan oleh trauma kecelakaan reaktor nuklir di beberapa negara, di antaranya Jepang, Rusia dan Ukraina. Namun, kemajuan teknologi reaktor nuklir generasi terbaru, yang digunakan oleh Rosatom, dapat mencegah terjadinya kecelakaan nuklir hingga mencapai nol persen (zero accident)," ujarnya.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan bahwa tawaran kerja sama bilateral dalam pengembangan PLT bukan hanya berasal dari negeri beruang merah. Namun terdapat sejumlah negara yang menawarkan hal yang sama.
Meski begitu, Kementerian ESDM masih melihat mana yang lebih kompetitif dan reliabel untuk direalisasikan. "Kebutuhan untuk nuklir baru akan dimulai tahun 2040 berdasarkan peta jalan energi yang telah kami susun," ujar Agung dalam keterangan tertulis, Selasa (5/7/2022).
Seperti diketahui, pada saat bertemu Presiden Joko Widodo di Kremlin Moskow, Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan kerja sama untuk menggarap proyek nuklir di Indonesia.
Menurut Putin perusahaan energi Rusia yakni Rosatom State Corporation mempunyai pengalaman, kompetensi dan keandalan teknologi dalam pengembangan PLTN. Rosatom sendiri telah mengembangkan PLTN yang terbesar di Rusia, yakni Novovoronezh Unit 6, yang berkapasitas 1.200 MW di Voronezh.
Selain di darat, Roastom juga membangun PLTN Terapung KLT-40S, yang dapat berlayar menjelajahi sejauh 5.000 Km, dengan kapasitas sebesar 80 MW. Rosatom saat ini menggunakan teknologi nuklir generasi terbaru, tipe reaktor VVER 1200 dengan teknologi generation 3 Plus yang merupakan pertama di dunia, dengan masa operasi selama 60 tahun. Sistem Pengamanan teknologi VVER 1200 memiliki zero accident standaard.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ahli Nuklir Jepang: PLTN Tak Lagi Dapat Diandalkan dan Mahal!