
PMI China Vs Eropa, Mana yang Lebih Baik?

S&P Global telah merilis PMI manufaktur zona Eropa pada Kamis (23/6/2022) yang turun menjadi 52,1 di Juni dari 54,6 di bulan sebelumnya dan menjadi angka terendah sejak Agustus 2020.
PMI di zona Eropa telah menurun selama lima bulan beruntun, meski begitu, PMI zona Eropa dinilai masih ekspansif karena berada di atas 50.
Pemicu penurunan tersebut adalah kontraksi produksi pada Juni yang turun untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
Berkurangnya tingkat produksi tersebut dipicu oleh penurunan tajam pada permintaan. Pesanan barang telah berkurang dengan laju yang cepat selama dua bulan terakhir. Permintaan jatuh hampir di seluruh sektor barang mulai dari barang konsumsi, barang investasi, hingga barang setengah jadi.
Hal tersebut dipicu oleh melonjaknya pengeluaran rumah tangga karena harga energi dan pangan melonjak, serta adanya prospek ekonomi yang tidak pasti turut membebani sentimen pasar. Sehingga, konsumen lebih berhati-hati untuk membeli barang.
Sementara itu, persediaan bahan baku dan barang yang tidak terjual meningkat karena volume produksi dan penjualan yang lebih rendah. Sehingga berpotensi akan menjadi hambatan tambahan pada sektor ini dalam beberapa bulan mendatang karena produsen mungkin akan memangkas produksi karena persediaan barang masih banyak.
Penurunan pada permintaan barang di Eropa berdampak pada jatuhnya tingkat kepercayaan binis terhadap prospek ekonomi ke tingkat yang paling suram selama lebih dari dua tahun.
![]() |
"Pertumbuhan ekonomi zona Eropa menunjukkan tanda-tanda goyah karena permintaan terpendam dari pandemi, diimbangi oleh guncangan biaya hidup dan merosotnya kepercayaan bisnis dan konsumen," tutur Kepala Analis S&P Global Chrish Williamson dikutip dari Reuters.
Meski begitu, sisi positifnya yaitu melemahnya permintaan barang akan berkontribusi pada pengurangan beberapa kendala rantai pasokan, sehingga dapat membantu mendinginkan tekanan inflasi untuk barang-barang industri.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]