Simak! Ini Jadinya Kalau Harga BBM Naik
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Intervensi pemerintah melalui subsidi bahan bakar minyak (BBM) berhasil menahan inflasi hingga Mei di 3,55% year-on-year (yoy).
Di regional ASEAN, inflasi tertinggi adalah Laos yakni 9,9% yoy pada April. Diikuti Thailand di 7,1% yoy pada Mei dan Singapura inflasinya 5,42% yoy.
Tantangan menahan laju inflasi ada di depan mata. Pasalnya harga minyak mentah dunia masih tinggi, bercokol di atas level US$ 110/barel. Akibatnya harga keekonomian bensin pun naik.
"Sekarang ini harga minyak dunia sudah di atas US$ 100 sampai US$ 120 per barel. Harga keekonomian BBM RON 90 maupun RON 92, rata-rata di atas Rp 30 ribu," kata Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Senin (27/6/2022).
Padahal harga bensin RON 90 atau Pertalite masih dijual Rp 7.650/liter. Sedangkan RON 92 atau Pertamax dijual Rp 12.500 per liter. Harga jual itu sangat jauh dari keekonomian BBM, kata Arifin.
Selisih dari harga jual dengan harga keekonomian ditutup dengan subsidi yang disalurkan oleh pemerintah. Namun, anggaran subsidi pemerintah menghitung harga minyak pada 2022 sebesar US$ 63/barel. Padahal sekarang harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) pada Mei 2022 menjadi US$ 109,61. Hal ini pun membuat subsidi Indonesia naik.
Bank DBS Indonesia menyebutkan pada triwulan pertama 2022, total subsidi naik 80% secara tahunan, dengan subsidi untuk energi meningkat sebesar 55% secara tahunan. Ditambah dengan kompensasi yang harus dibayarkan kepada PT Pertamina sebesar Rp 49,5 triliun pada 2020. Dengan Rp 15,9 triliun masih belum dibayarkan di samping Rp 68,5 triliun untuk tahun 2021, yang mungkin jauh lebih tinggi dari yang dianggarkan sebesar Rp 140 triliun untuk 2022.
Dengan asumsi kenaikan 20% dalam total subsidi di samping kompensasi lebih tinggi untuk perusahaan minyak milik negara, dana cadangan kumulatif sebesar 0,4% dari PDB akan diperlukan untuk penghitungan defisit anggaran tahun ini untuk tetap berada dalam target -4,85%.
(ras/ras)