Aturan Covid Longgar, Sektor Jasa & Manufaktur China Bangkit!
Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas pabrik dan jasa di China meningkat pada Juni 2022 berkat pelonggaran pembatasan Covid-19 di kota-kota besar seperti Shanghai dan Beijing.
Melansir AFP, Indeks Manajer Pembelian (PMI) non-manufaktur, ukuran utama aktivitas di ekonomi terbesar kedua di dunia, yang dirilis Kamis (30/6/2022) melampaui ekspektasi dan melonjak ke 54,7 poin pada Juni.
Ini adalah pertama kalinya sejak Februari angka tersebut berada di atas tanda 50 poin yang menandakan berada di zona ekspansi. Pada bulan sebelumnya, angka PMI hanya mencapai 47,8 atau berada di zona kontraksi.
"Ketika situasi pencegahan dan pengendalian epidemi domestik terus membaik dan paket kebijakan ... untuk menstabilkan ekonomi diterapkan lebih cepat, pemulihan ekonomi negara kita secara keseluruhan telah dipercepat," kata Zhao Qinghe, ahli statistik senior di Biro Statistik Nasional (NBS) dalam sebuah pernyataan.
Secara khusus, dalam pernyataan NBS, aktivitas bisnis di industri yang sangat terpukul oleh pandemi, seperti kereta api dan transportasi udara, meningkat pada Juni. PMI manufaktur tercatat naik menjadi 50,2 poin di Juni dari 49,6 di Mei, sejalan dengan ekspektasi analis.
China adalah satu-satunya negara ekonomi utama yang masih mengejar aturan nol-Covid untuk menghilangkan wabah yang muncul, menggunakan penguncian cepat dan pengujian massal.
Sementara negara itu mempersingkat waktu karantina untuk kedatangan internasional baru, Presiden Xi Jinping memperingatkan bahwa China akan menghadapi konsekuensi yang tak terbayangkan jika ia mengadopsi kekebalan kawanan (herd immunity) atau pendekatan lepas tangan. Xi menandakan pemerintah akan bertahan dengan kebijakannya saat ini.
Pendekatan tersebut telah berdampak buruk pada perekonomian, dimana toko-toko dan pabrik terpaksa menghentikan operasi dan rantai pasokan tegang.
"Butuh waktu untuk produksi kembali normal," kata Moody's Analytics dalam catatan minggu ini. "Logistik tetap di bawah tekanan; pelabuhan besar mengalami kemacetan dan beberapa pabrik memperlambat produksi karena kekurangan pekerja."
(tfa)