Sri Lanka Bangkrut: BBM 'Kering', Negara 'Lumpuh'
Jakarta, CNBC Indonesia - Para dokter dan staf medis serta guru Sri Lanka akan turun ke jalan pada Rabu (29/6/2022) untuk menuntut pemerintah mengatasi krisis bahan bakar seiring dengan kebangkrutan negara Asia Selatan tersebut.
Demonstrasi telah berlangsung selama berminggu-minggu menuntut penyelesaian masalah kekurangan pasokan listrik, makanan, dan obat-obatan. Pada bulan lalu, sembilan orang tewas dan sekitar 300 lainnya terluka, menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa, kakak laki-laki Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Pemerintah, yang hanya memiliki cukup bahan bakar untuk bertahan sekitar satu minggu, pada Selasa (28/6/2022) membatasi pasokan untuk layanan penting, seperti kereta api, bus, dan sektor kesehatan, selama dua minggu.
Tetapi para dokter, perawat, dan staf medis lainnya mengatakan bahwa meskipun mereka dianggap sebagai pekerja penting, mereka berjuang untuk mendapatkan bahan bakar untuk mulai bekerja.
"Ini adalah situasi yang tidak mungkin, pemerintah harus memberi kami solusi," tutur H. M. Mediwatta, sekretaris salah satu serikat perawat terbesar di Sri Lanka, Serikat Perawat Semua Pulau, dikutip Reuters.
Mediwatta menjelaskan bagaimana token khusus yang dimaksudkan untuk memastikan staf medis dapat membeli bahan bakar diabaikan di pom bensin.
"Orang-orang di pom bensin tidak akan membiarkan kita maju dalam antrian ... Kita tidak bisa tepat waktu untuk shift kita."
Inspektur kesehatan masyarakat dan petugas layanan kesehatan lainnya juga mogok pada hari Rabu dan Kamis.
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang itu hampir kehabisan cadangan devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor kebutuhan pokok termasuk makanan, obat-obatan, bensin dan solar.
Dengan meningkatnya krisis, banyak orang telah ditahan karena mencoba melarikan diri dari negara itu dengan perahu.
Adapun, krisis ekonomi paling parah sejak kemerdekaan Sri Lanka pada tahun 1948 terjadi setelah Covid-19 menghancurkan ekonominya yang bergantung pada pariwisata dan memangkas pengiriman devisa dari pekerja di luar negeri.
Kenaikan harga minyak, pemotongan pajak populis, dan larangan tujuh bulan impor pupuk kimia tahun lalu yang menghancurkan pertanian telah menambah kesengsaraan.
Di sisi lain, pemerintah juga mencari bantuan ke luar negeri. Menteri Energi dan Kelistrikan Kanchana Wijesekera pada hari Selasa bertemu Saad Sherida Al-Kaabi, Menteri Negara Qatar untuk Urusan Energi dan CEO Qatar Energy dalam upaya untuk mengamankan bahan bakar.
Wijesekera juga mencari jalur kredit dari Dana Qatar untuk pembangunan.
Menteri Sri Lanka lainnya akan melakukan perjalanan ke Rusia pada akhir pekan untuk mencari kesepakatan energi.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden telah menjanjikan US$ 20 juta untuk Sri Lanka guna memberi makan lebih dari 800.000 anak-anak dan 27.000 wanita hamil dan ibu menyusui selama 15 bulan ke depan.
(luc/luc)