Terungkap! Ini Biang Kerok Harga Tiket Pesawat 'Meledak'

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Selasa, 28/06/2022 15:15 WIB
Foto: Istimewa

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Nur Isnin Istiartono menjelaskan ada beberapa komponen yang membuat harga tiket pesawat mahal.

Penetapan tarif penumpang angkutan udara saat ini sudah mempertimbangkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009, perlindungan konsumen untuk intervensi tarif batas atas (TBA) dan intervensi tarif batas bawah (TBB) untuk hal persaingan tidak sehat.

Nur Isnin menjelaskan evaluasi berkala dilakukan pada penetapan tarif setiap 3 bulan atau ketika terjadi perubahan yang signifikan yang mempengaruhi keberlangsungan kegiatan maskapai. Setidaknya terjadi biaya kenaikan operasi sedikitnya 10% akibat ada perubahan avtur, kurs dan komponen pesawat.


Dari paparannya biaya operasi pesawat 33-40% memberikan kontribusi pemeliharaan dan overhaul 20-25%, sewa pesawat 17-20%, serta biaya lain-lain seperti asuransi.

Sedangkan dari kondisi yang terjadi saat ini terjadi kenaikan harga bahan bakar yang cukup signifikan, hingga membebankan operasi pesawat. Dimana pemerintah menerapkan biaya tambahan fuel surcharge ke komponen harga tiket pesawat.

"Fuel surcharge dapat dikenakan karena kenaikan harga bahan bakar jangka waktu 3 bulan berturut membuat biaya operasi pesawat naik di atas 10%," katanya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (28/6/2022).

Foto: Komisi V DPR RI Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI. (Tangkapan layar yotube)
Komisi V DPR RI Rapat Dengar Pendapat dengan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI. (Tangkapan layar yotube)

Dari catatannya harga avtur domestik mengalami kenaikan 39% untuk rata-rata per Juni menjadi RP 17.753 per liter dari rata-rata Januari Rp 12.717 per liter. Sedangkan jika dibandingkan rata-rata harga 2019 dengan harga Rp 10.845 per liter lalu mengalami kenaikan 64%.

Direktur Utama Lion Air Group Capt. Daniel Putut Kuncoro Adi menjelaskan kurs dollar yang tinggi saat ini cukup memberatkan operasi pesawat, sehingga berimbas pada penetapan harga tiket

"Kurs Dollar tinggi dimana dalam komponen penentuan tiket pada PM 20/2019 kurs ini mempengaruhi biaya langsung dan material spare part dan logistik yang masih sangat mahal sekali karena bayar dengan US$," katanya.

Lalu beberapa vendor dan penyedia material untuk perawatan pesawat juga banyak yang tutup. Sehingga hukum pasar terjadi dimana mereka menjual harga komponen pesawat menjadi lebih mahal.

Selain itu Daniel juga menjelaskan biaya avtur menjadi kendala. Dimana pihaknya kesulitan untuk mendapatkan informasi harga avtur sehingga sulit untuk memprediksi dan mensimulasikan komponen tarif.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini