Internasional

5 Fakta KTT NATO di Madrid, dari Rusia hingga 'Ancaman' China

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 28/06/2022 14:00 WIB
Foto: AP/Olivier Matthys

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Madrid, Spanyol. KTT ini dilaksanakan selama tiga hari mulai Selasa (28/6/2022) hingga Kamis, (30/6/2022).

KTT ini sendiri diadakan saat hubungan aliansi itu dengan Rusia sedang memanas soal Ukraina. Pasalnya, Moskow menyebutkan bahwa rencana Kyiv untuk bergabung dalam aliansi itu juga mendasari serangan mereka.

Lalu dengan adanya ketegangan ini, apakah aliansi itu akan menyatakan perang dengan Rusia? Berikut 5 fakta terkait KTT NATO saat ini sebagaimana dikutip Al Jazeera, Selasa (28/6/2022):


1. Kondisi geopolitik dunia menurut NATO

Pada KTT NATO tahun lalu di Brussels, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyoroti bahwa hubungan aliansi dengan Rusia berada pada "titik terendah sejak akhir Perang Dingin".

Kata-katanya kemudian menjadi kenyataan ketika Rusia menyerang Ukraina pada Februari lalu.

Kepala kebijakan di Rasmussen Global dan juga pakar Ukraina, Harry Nedelcu, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa KTT kemungkinan akan bermuara pada langkah NATO untuk meningkatkan kehadirannya di sisi timurnya.

"Kehadiran maju yang ditingkatkan dengan batalyon rotasi di Polandia dan negara-negara Baltik sudah disepakati di KTT Warsawa [tahun 2016]. KTT Madrid akan melihat sekutu menyetujui kehadiran yang lebih ditingkatkan dan bahkan mungkin lebih permanen di timur," katanya.

Sejauh ini, dalam perkembangan terbaru, NATO berencana untuk menyiagakan hingga 300 ribu pasukan apabila terjadi serangan dari Moskow.

Elisabeth Braw, peneliti senior kebijakan luar negeri dan pertahanan di American Enterprise Institute, mengatakan NATO telah menunjukkan persatuan yang besar sejak serangan Rusia ke Ukraina dan itu harus berlanjut.

"Tetapi tampilan persatuan itu tidak mudah karena negara-negara anggota aliansi yang berbeda memiliki lokasi geografis yang sangat berbeda dan persepsi yang berbeda tentang dunia," kata Braw kepada Al Jazeera.

"Saat ini, jika mereka mulai bertengkar atau tidak setuju tentang apa yang harus dilakukan untuk membantu Ukraina, itu akan menjadi kemunduran besar dan tanda kelemahan yang akan dieksploitasi oleh saingan NATO."

2. Langkah Swedia dan Finlandia untuk bergabung

Swedia dan Finlandia memutuskan untuk bergabung kepada NATO pasca serangan Rusia ke Ukraina. Keduanya merasa terancam oleh negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu bahwa suatu saat mereka dapat dijadikan target selanjutnya oleh Moskow.

Namun hal ini masih menemui tantangan besar pasalnya Turki, yang juga anggota aliansi itu, menolak kehadiran Helsinki dan Stockholm. Presiden Turki Tayyip Erdogan merasa bahwa kedua negara itu mendukung kelompok teroris Kurdi yang beroperasi di wilayahnya.

Perlu diketahui, setiap keputusan tentang perluasan NATO membutuhkan persetujuan dari 30 sekutu dan parlemen mereka. Hal ini membuat sikap Turki, yang juga anggota NATO, menjadi sangat penting dalam pendaftaran keanggotaan Finlandia dan Swedia.

Beberapa orang diplomat Turki mengaku bahwa konsensus terkait bergabungnya Swedia dan Finlandia sendiri mungkin belum dapat diputuskan dalam KTT ini. Meski begitu, negosiasi masih dilakukan oleh seluruh pihak.

"Ada pertemuan, tapi sayangnya langkah yang kami harapkan tidak diambil. Tampaknya sulit untuk mendapatkan hasil dari KTT NATO," ujar salah satu diplomat Turki, Senin (27/6/2022).

3. Keinginan Ukraina bergabung

Dalam sebuah pidato Maret lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa mungkin saat ini sulit bagi negaranya untuk bergabung dengan NATO. Ini juga dimotori Rusia yang selalu menolak bergabungnya Kyiv sebagai anggota pakta pertahanan itu.

Menurut Braw, di masa mendatang dan dalam keadaan saat ini, ambisi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa lebih mungkin daripada keanggotaan NATO.

"Itu adalah tujuan yang sangat penting bagi mereka untuk dicapai dan tujuan yang mungkin tetapi akan melibatkan banyak pekerjaan," katanya.

Sementara itu, menurut Nedelcu, "cara terbesar dan paling ampuh untuk mengamankan Ukraina" adalah memastikan negara itu begitu kuat secara militer dan memiliki industri pertahanan yang kuat sehingga "akan menjadi landak yang mustahil untuk diserang".

4. Anggaran pertahanan

Salah satu perdebatan terbesar di antara sekutu NATO adalah berapa banyak yang dihabiskan setiap negara untuk pertahanan.

Pada tahun 2006, anggota aliansi berjanji bahwa setiap negara NATO akan memberikan 2% dari produk domestik brutonya untuk pertahanan. Tetapi telah terjadi perpecahan di antara anggota mengenai siapa yang paling banyak membelanjakan uangnya untuk pertahanan.

Kemudian, perang yang sedang berlangsung di Ukraina telah memperbesar ruang lingkup perdebatan pengeluaran ini.

Nedelcu mengatakan bahwa semakin banyak anggota NATO yang mencapai ambang batas 2%.

"Kami telah melihat negara-negara seperti Jerman benar-benar meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka setelah perang. Jadi, di KTT, pasti akan ada penekanan untuk melanjutkan tren itu dan melihat sekutu serius dalam meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka," katanya.

5. Persaingan dengan China

Pada KTT NATO tahun lalu, Stoltenberg menyoroti bahwa "China makin dekat dengan aliansi" dan mengatakan bahwa penting bagi NATO untuk mengembangkan posisi yang jelas dan bersatu dalam berhadapan dengan Beijing.

Nedelcu menganggap bahwa dengan narasi ini, China mungkin juga akan ikut dibahas dalam agenda. Apalagi Negeri Tirai Bambu itu belum memiliki sikap yang pasti atas serangan Rusia ke Ukraina dan juga memiliki ketegangan terkait Taiwan dengan patron NATO, Amerika Serikat (AS).

"Ini juga akan menimbulkan pertanyaan: peran apa yang akan NATO cari ketika datang ke keamanan Indo-Pasifik, dan bagaimana NATO akan berusaha untuk memiliki suara tentang keamanan di Indo-Pasifik atau Selat Taiwan karena ini semakin... terkait dengan Atlantik Utara keamanan," kata Nedelcu.

Menurut Nedelcu, dengan negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan juga dijadwalkan untuk menghadiri KTT ini dunia semakin terpolarisasi antara otokrasi dan demokrasi yang berpikiran sama.

Ramon Pacheco Pardo, profesor hubungan internasional dan utusan regional untuk Asia Timur dan Tenggara di King's College London, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dengan kehadiran Tokyo dan Seoul mungkin akan mengangkat isu terkait Korea Utara.

"Itu penting bagi Korea Selatan karena dapat menunjukkan bahwa ada negara lain di Eropa dan AS yang juga melihat Korea Utara sebagai ancaman," katanya.

"Dan ini dapat mengarah pada kerja sama praktis, terutama di dunia maya dan berbagi informasi, karena itulah kekuatan NATO yang paling kuat, ketika menyangkut kawasan Asia-Pasifik."


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rusia Tuding Latihan Militer NATO Jadi Persiapan Serang Rusia