Taman Nasional Komodo Mulai Batasi Kunjungan Wisatawan

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), dinilai mengancam keberadaan dan kelestarian biodiversitas di wilayah tersebut. Untuk itu pemerintah akan melakukan pembatasan pengunjung Taman Nasional Komodo.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur pun melaksanakan Program Penguatan Fungsi. Hal ini dilakukan sebagai perwujudan komitmen pemerintah dalam upaya menjaga keutuhan nilai jasa ekosistem Taman Nasional Komodo.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong, menyebut akan menerapkan pembatasan dan manajemen kunjungan tersistem sebagai upaya perlindungan, pengaturan, dan tata kelola kawasan Taman Nasional Komodo. Termasuk Pulau Komodo, Pulau Padar, dan kawasan perairan sekitarnya.
"Hal ini bertujuan untuk mengajak masyarakat secara kolektif beralih ke pariwisata berkelanjutan yang lebih sadar akan dampak aktivitasnya, dan bahwa daya tarik wisata dan kelestarian konservasi dapat hidup berdampingan," jelas dia dikutip dari siaran pers, Senin (27/6/2022).
Melalui program ini pembatasan jumlah wisatawan kurang lebih 200.000 orang per tahun dengan sistem manajemen kunjungan yang terintegrasi berbasis reservasi online akan mulai diberlakukan pada 1 Agustus 2022. Selanjutnya, kompensasi biaya konservasi sebagai upaya penguatan fungsi sebesar Rp3.750.000 per orang per tahun yang akan diterapkan secara kolektif tersistem (Rp 15,000,000 per 4 orang per tahun).
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur, Josef Nae Soi, mengatakan ada empat agenda penguatan fungsi yang akan dilakukan di Taman Nasional Komodo.
"Agenda tersebut adalah penguatan kelembagaan, perlindungan dan pengamanan, pemberdayaan masyarakat, serta pengembangan wisata alam," ungkap dia.
Sementara itu, jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo dalam sepuluh tahun terakhir terjadi peningkatan berdampak terhadap perilaku Komodo. Kepala Balai Taman Nasional Komodo Lukita Awang menyebut komodo yang berada di area dengan aktivitas manusia tinggi/ekowisata secara signifikan menunjukan berkurangnya kewaspadaan dan cenderung adaptif dengan keberadaan manusia.
"Selain itu, Komodo yang berada di lokasi ekowisata cenderung memiliki bobot lebih besar, di mana hal ini bisa berdampak pada kerusakan ekosistem sekitarnya (kebutuhan pangan meningkat yaitu rusa),"kata Lukita.
Koordinator Pelaksana Program Penguatan Fungsi di Taman Nasional Komodo berharap dengan dengan diberlakukannya pembatasan kunjungan dan kompensasi biaya konservasi dapat menumbuhkan perilaku pariwisata yang lebih sadar di lingkungan Taman Nasional Komodo.
"Tentunya, untuk penguatan fungsi di kawasan Taman Nasional Komodo perlu sinergitas antar lembaga, dan multisektoral sebagai penjaga gerbang dan pelindung Taman Nasional Komodo," ujar Carolina.
[Gambas:Video CNBC]
Jurus KLHK Tekan Emisi Sektor Kehutanan & Tata Guna Lahan
(rah/rah)