Internasional

Siap-siap, NATO Bakal Muncul di Timur Tengah

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
24 June 2022 17:00
The flags of nations taking part in the Qatar 2022 FIFA World Cup fly in Qatar's capital Doha during a heavy dust storm on May 17, 2022 as the skyline behind is obscured in the haze. (Photo by KARIM JAAFAR / AFP) (Photo by KARIM JAAFAR/AFP via Getty Images)
Foto: Ilustrasi (AFP via Getty Images/KARIM JAAFAR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aliansi militer seperti NATO digagas muncul di Timur Tengah. Ini diutarakan Raja Yordania, Abdullah II.

Ia mengatakan mendukung pembentukan pakta pertahanan mirip pimpinan Amerika Serikat (AS) itu di kawasan. Ini akan terlaksana dengan negara-negara yang berpikiran sama.

"Saya ingin melihat lebih banyak negara di kawasan itu, masuk ke dalam 'campuran' ini," katanya saat diwawancarai CNBC International, dikutip Jumat (24/6/2022).

"Saya akan menjadi salah satu orang pertama yang akan mendukung 'NATO Timur Tengah'," tambahnya.

Namun dijelaskannya, ada beberapa hal yang menurutnya harus dipikirkan. Antara lain visi kelompok dan definisi peranannya.

"Pernyataan misi harus sangat, sangat jelas. Kalau tidak, itu membingungkan semua orang," tambahnya lagi.

Menurutnya bukan hanya kerja sama militer. "NATO Timur Tengah" bisa bermitra mengatasi tantangan yang muncul dari perang di Ukraina. Meski kaya minyak, Arab tetap membutuhkan gandum yang menjadi langka karena perang.

Perlu diketahui, Ukraina adalah lumbung pangan Eropa dan Timur Tengah. Berdasarkan data situs statistik perdagangan internal UN Comtrade, Ukraina mengekspor 19,39 juta ton gandum ke seluruh dunia pada tahun 2021 sengam nilainya mencapai US$ 4,72 miliar.

"Negara-negara di kawasan itu menyadari bahwa tujuan tersebut perlu menjadi solusi yang saling menguntungkan," katanya lagi.

"Jika saya baik-baik saja dan Anda tidak, saya akan membayar harganya karena proyek-proyek regional akan terpengaruh," tambahnya.

"Saya berharap apa yang kita lihat pada tahun 2022 adalah 'getaran baru' di wilayah (Timur Tengah), untuk mengatakan bagaimana kita bisa terhubung satu sama lain dan bekerja dengan satu sama lain," tambahnya.

Terancam Gagal

Meski demikian, ia menyadari pembentukan aliansi itu bisa raja gagal. Setidaknya ada dua hal yang dilihat menjadi hambatan.

Pertama adalah konflik Israel dan Palestina. Lalu peran Iran di kawasan.

"Jika mereka tidak berbicara satu sama lain, itu menciptakan ketidakamanan dan ketidakstabilan di kawasan yang akan memengaruhi proyek-proyek regional," jelasnya merujuk ke masalah di Tanah Yerusalem.

"Tidak ada yang menginginkan perang, tidak ada yang menginginkan konflik. Tetapi masih harus dilihat apakah negara-negara di Timur Tengah dapat bekerja menuju visi di mana 'kemakmuran adalah tujuan permainannya'," tegasnya lagi menunjuk Iran.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramadan Tiba, Apakah Ini Tanda Perang di Yaman Bakal Berakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular