
Top! APBN Surplus 5 Bulan Beruntun, Sri Mulyani Cetak Rekor

Besarnya surplus membuat tumpukan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran atau SiLPA atau cash hingga Mei menggunung Rp 215 triliun, jauh lebih besar dibandingkan posisi tahun lalu yakni Rp 91 triliun.
Besarnya surplus ditopang oleh penerimaan perpajakan dan non-perpajakan. Hingga Mei 2022, penerimaan perpajakan mencapai Rp 846,1 triliun atau melesat 51,4% (year on year/yoy) sementara non perpajakan menembus Rp 224,1 triliun atau melompat 33,7%.
Dibandingkan April lalu, penerimaan perpajakan bertambah Rp 170 triliun sementara non-perpajakan meningkat Rp 46,7 triliun.
Sri Mulyani menjelaskan kinerja penerimaan yang sangat baik pada periode Januari-Mei dipengaruhi tren peningkatan harga komoditas, pertumbuhan ekonomi yang ekspansif dan tingkat penerimaan yang terus membaik, maupun basis yang rendah akibat pemberian insentif fiskal tahun lalu.
"Pendapatan diperkirakan masih akan tumbuh baik didorong mulai pulihnya aktivitas ekonomi meski masih menuju pada tingkat yang lebih normal," tutur Sri Mulyani, dalam konferensi pers APBN Kita Edisi Juni, Kamis (23/6/2022). Penerimaan pajak dari sektor pertambangan tumbuh 296,3% pada Januari-Mei.
"Sektor ini menerima windfall profit dan itu sudah tercermin ke penerimaan," tutur Sri Mulyani.
Data Kementerian ESDM menunjukan penerimaan royalty, termasuk dari batu bara menembus Rp 26,78 triliun pada periode Januari-Mei 2022, dua kali lipat lebih dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 12,24 triliun.
Tumpukan surplus membuat pemerintah mengurangi penerbitan utang. Pembiayaan melalui penerbitan utang sampai dengan Mei turun 72,5% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Total Surat Berharga Negara (SBN) neto yang diterbitkan hingga Mei 2022 mencapai Rp 75,3 triliun dari target yang ditetapkan Rp 991,3 trilun. Sementara pada tahun lalu, penerbitan SBN mencapai Rp 348 triliun.
"Pinjaman juga turun tajam. Ini menggambarkan pembiayaan utang sedang kita konsolidasikan, disehatkan dengan defisit yang menurun. Ini tren yang sangat sehat dan menggembirakan," kata Sri Mulyani.
Bank Dunia dalam laporan terbarunya Global Economic Prospects mengatakan negara eksportir komoditas seperti Indonesia dan Malaysia sangat diuntungkan oleh lonjakan harga komoditas.
Kedua negara masih bisa menata fiskalnya lebih baik dan bisa merencanakan kebijakan fiskal lebih longgar dalam jangka menengah karena mendapat limpahan penerimaan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)[Gambas:Video CNBC]
