Pak Jokowi, Rencana Setop Ekspor Timah Diminta Kaji Ulang

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Ri Joko Widodo (Jokowi) berulang kali mengucapkan akan menutup keran ekspor komoditas timah pada tahun ini, kebijakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan nilai tambah yang lebih besar.
Hanya saja, rencana kebijakan larangan ekspor timah itu menuai polemik baru khususnya datang dari DPR RI.
Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Golkar Bambang Patijaya tidak sepakat dengan rencana penyetopan ekspor timah ke luar negeri. Bahkan kebijakan yang akan dikeluarkan pemerintah tersebut dinilai sangat menyesatkan.
"Entah siapa yang membisikkan ke Presiden persoalan menyetop ekspor timah. Menurut saya betul-betul suatu bisikan yang salah dan menyesatkan," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Kementerian ESDM, Selasa (21/6/2022).
Menurut Bambang komoditas timah ini berbeda dengan jenis mineral lainnya. Pasalnya, timah yang diekspor ke luar negeri sudah dalam bentuk balok timah, dimana sudah melalui proses produksi dari industrialisasi.
"Sudah berubah bentuk dari yang namanya pasir kemudian ada smelting produknya adalah balok, minimal balok. Di dalam negeri kita sudah ada industri tin solder," katanya.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengkaji ulang terkait wacana larangan ekspor timah, dengan mempertimbangkan banyak faktor tersebut. Apalagi komoditas timah selama ini berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
"Jangan tiba-tiba timah ini disetop tanpa solusi nakut-nakutin kan bukan itu, kami tertarik bagaimana ide kita menstimulasi adanya investasi hilirisasi itu lebih menarik dan bijaksana sehingga kita gak juga serta merta melakukan perbaikan dengan cara nakut nakutin," ujarnya.
Seperti diketahui, Kementerian ESDM membeberkan bahwa 98% produksi logam timah Indonesia masih dijual ke luar negeri dalam bentuk timah batangan (ingot). Sementara Presiden Joko Widodo berencana menutup keran ekspor komoditas tersebut pada tahun ini.
Penjabat (Pj) Gubernur Bangka Belitung (Babel) sekaligus Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa dari total produksi logam timah, setidaknya hanya 2% saja yang diserap domestik.
Oleh sebab itu, diperlukan industri pengolahan lanjutan jika nantinya 98% yang sebelumnya dialokasikan untuk ekspor dialihkan ke domestik. "Jadi kalau nanti kita betul-betul dilarang ekspor dalam bentuk ingot itu berarti kita harus siapkan industri pengolahannya dalam jumlah yang masif," ujarnya.
Adapun rencana produksi timah tahun 2022 yakni sebesar 70.000 Ton Logam Timah. Sementara realisasi produksi per Mei 2022 sebesar 9.654,73 Ton dan penjualan per Mei 9.629,68 Ton.
[Gambas:Video CNBC]
Ekspor Timah Bakal Dilarang, Pengusaha 'Teriak' Minta Waktu
(pgr/pgr)