Internasional

Ada Apa Dunia? Sri Lanka Bangkrut, Eropa Krisis, AS Resesi

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
24 June 2022 07:45
Eropa Makin Ngeri, 5 Negara Sudah 'Teriak' Krisis Energi
Foto: Infografis/ Eropa Makin Ngeri, 5 Negara Sudah 'Teriak' Krisis Energi / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia kali ini sedang tidak baik-baik saja. Ada beberapa kejadian dan fenomena global yang saat ini telah memicu krisis yang cukup besar.

Parahnya, krisis ini terjadi secara hampir bersamaan. Mulai dari masalah geopolitik, ekonomi, hingga kesehatan pun mulai membuat aktivitas manusia terganggu.

Lalu apa saja krisis yang baru-baru ini dialami dunia? Berikut rangkumannya yang dihimpun CNBC Indonesia, mengutip dari berbagai sumber, Jumat (24/6/2022):

1. Perang Rusia-Ukraina

Rusia mulai menyerang tetangganya Ukraina pada 24 Februari lalu. Negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu beranggapan bahwa manuver negara tetangganya itu telah menimbulkan ancaman besar bagi Moskow.

Putin mengaku bahwa rezim penguasa Ukraina yang nasionalis telah melakukan persekusi bagi para warga berbahasa Rusia di wilayah Donbass. Ini juga yang mendorong wilayah-wilayah seperti Donetsk, Luhansk, dan Krimea untuk memisahkan diri dengan Ukraina.

Lalu, Putin berpandangan bahwa niatan Ukraina untuk bergabung kepada aliansi pertahanan pimpinan AS, NATO, juga telah mengancam keamanan negara. Pasalnya, NATO merupakan rival dari Moskow dan Kyiv dapat menggunakan pasal 5 aliansi itu untuk menyerang beberapa wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu seperti Krimea.

Perang ini sendiri memiliki dampak yang cukup besar. Pasalnya negara-negara blok Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) telah menjatuhkan sanksi ekonomi, perdagangan, dan keuangan kepada Rusia yang memiliki peran penting bagi kelancaran rantai pasok global. Negeri Beruang Putih itu juga dikenal menjadi pemasok sumber energi dan juga pangan.

Selain itu, Ukraina juga dikenal sebagai lumbung pangan dunia. Negara itu merupakan eksportir besar bagi komoditas pangan biji-bijian seperti gandum.

2. Inflasi dan ancaman resesi

Perang Rusia-Ukraina yang mengganggu jalur pangan dan energi serta penguncian Covid-19 di China yang menghambat rantai pasok global memicu inflasi yang sangat tinggi di beberapa negara dunia.

Di AS dan Eropa, banyak negara melaporkan angka inflasi yang telah mengukri rekor dalam beberapa puluh tahun terakhir. Ini didorong oleh kenaikan harga minyak dan gas, di mana persediaan dua bahan bakar itu saat ini menipis karena rencana embargo pasokan dari Rusia.

Banyak ahli pun mulai menyatakan bahwa dengan kondisi seperti ini, mungkin tanda-tanda resesi telah tiba. Ini utamanya terjadi di Eropa, yang sebenarnya sangat bergantung dari pasokan energi Moskow dan bahan bakar telah mencapai rekor harga baru. Inggris, misalnya, telah melihat kenaikan harga bensin per liter mendekati 1,89 pound.

Para ekonom juga telah memproyeksikan bahwa AS akan segera mengalami resesi. Namun, sejauh ini hal tersebut masih enggan diakui sebagai 'kepastian' oleh otoritas keuangan Negeri Paman Sam.

3. Kebangkrutan negara dunia

Selain inflasi dan resesi, permasalahan ekonomi berikutnya yang mulai ditemukan di negara dunia adalah kebangkrutan. Fenomena ini sudah terjadi di Sri Lanka.

Negeri Ceylon itu saat ini berkutat dengan apa yang dikatakan sebagai krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948. Krisis yang dialami negara itu sebagian disebabkan oleh defisit mata uang asing karena digunakan untuk membayar utang luar negeri.

Selain itu, sumber pemasukan devisa Sri Lanka lainnya seperti dari sektor pariwisata juga menurun. Sektor pendapatan ini semakin terpukul karena pandemi Covid-19.

Hal ini pun membuat negara itu tak mampu lagi membeli komoditas pangan dan energi yang sebagian besar diimpor. Bahkan, saat ini, terjadi pemadaman listrik yang panjang di negara itu yang diikuti tutupnya sekolah dan gedung pemerintahan lainnya.

Akibatnya, kondisi ini pun telah memancing animo warganya untuk segera meninggalkan negara itu. Dalam data permintaan paspor, di lima bulan pertama tahun 2022, kantor imigrasi telah mengeluarkan 288.645 paspor. Ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan 91.331 pada periode yang sama tahun lalu.

Meski begitu, Kolombo tidak tinggal diam. Kantor Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe sedang berusaha untuk mengadakan konferensi donor bersama China, India, dan Jepang. Selain kepada negara lainnya, ia juga meminta bantuan lembaga moneter global seperti IMF untuk menyelesaikan masalah ini.

Sementara itu, ancaman kebangkrutan akibat utang ini juga terjadi di Pakistan dan Nepal. Bank Dunia menyebut dua negara itu, serta Sri Lanka, memiliki kelemahan dalam meredam capital outflow seiring besarnya utang dan buruknya prospek ekonomi mereka. Negara tersebut kini berjuang dengan lonjakan yield surat utang, inflasi, dan depresiasi mata uang.

4. Bubarnya pemerintahan

Dalam sepekan terakhir, fenomena bubarnya pemerintahan terjadi di dua negara yakni Israel dan Bulgaria. Di Israel, parlemen negara itu memutuskan untuk mengambil langkah ini tatkala koalisi yang digagas PM Naftali Bennett mulai rapuh.

Nantinya, akan ada pemilihan umum (pemilu) yang kembali dilakukan untuk memilih pemerintahan baru. Selama keputusan pembubaran hingga pemilu akan datang, posisi PM milik Bennett akan digantikan oleh mitranya yang saat ini menjabat Menteri Luar Negeri (Menlu) Yair Lapid.

Lapid dan Bennett pada Juni 2021 membentuk koalisi setelah dua tahun kebuntuan politik. Koalisi ini juga akhirnya berhasil menumbangkan rezim Benyamin Netanyahu.

Walau begitu, koalisi yang digagas oleh Bennett ini sendiri sebenarnya mulai rapuh sejak awal. Pasalnya, koalisi ini diisi oleh partai politik dengan spektrum pemikiran yang berbeda yakni sayap kanan, liberal dan Arab.

Salah satu isu yang cukup santer memecah koalisi ini adalah terkait Palestina dan pendudukan wilayah Tepi Barat. Partai koalisi terutama partai dengan latar belakang Arab menentang hal ini.

Sementara itu, di Bulgaria, anggota parlemen oposisi menggulingkan pemerintahan PM Kiril Petkov yang mengambil alih kekuasaan enam bulan lalu dengan posisi 123-116 dalam pemungutan suara.

Voting dalam mosi tidak percaya itu dilakukan setelah koalisi yang berkuasa kehilangan dukungan mayoritas atas perselisihan tentang pengeluaran anggaran dan apakah Bulgaria harus membuka aksesi Uni Eropa Makedonia Utara.

Petkov, seorang lulusan Harvard berusia 42 tahun yang telah berjanji untuk memerangi korupsi, telah mengambil posisi pro-Eropa dan pro-NATO yang kuat sejak Rusia menyerang Ukraina. Sikap itu sangat tidak biasa bagi sebuah negara yang terkenal ramah dengan Rusia.

Analis pun memperkirakan bahwa pemerintahan baru akan membawa kebijakan yang lebih netral terhadap Rusia.

5. Naiknya kasus Covid-19 dan wabah baru cacar monyet

Di saat dunia sudah mulai mampu mengendalikan laju infeksi Covid-19. virus corona jenis baru ini kemudian bermutasi menjadi subvarian baru. Belum lama ini, dunia menemukan satu subvarian lainnya bernama Omicron BA.4 dan BA.5.

Kekuatan penularan varian ini cukup masif. Varian ini pun menimbulkan lonjakan kasus yang cukup tinggi di negara-negara dengan angka vaksinasi Covid-19 yang hampir menyeluruh seperti Israel. Singapura, yang juga memiliki angka vaksinasi yang tinggi, juga memprediksi akan mengalami kenaikan kasus pada Juli mendatang.

Ini juga akhirnya yang membuat China, salah satu kekuatan ekonomi raksasa dunia, melakukan penguncian-penguncian ketat di beberapa kota besar seperti Shanghai dan Beijing. China sendiri memang diketahui memiliki kebijakan penguncian yang ketat bernama 'nol-Covid', dimana kebijakan ini dapat membuat satu wilayah dikunci total meski ditemukan hanya satu kasus.

Selain Covid-19, dunia juga baru ini dikejutkan dengan kemunculan wabah cacar monyet. Wabah yang diketahui endemik di Afrika itu saat ini dilaporkan telah menyebar ke seluruh dunia. Terbaru, penyakit ini ditemukan di Singapura dan Korea Selatan (Korsel).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri sedang menggelar rapat khusus untuk mempertimbangkan apakah wabah cacar monyet yang menyebar cepat perlu dinyatakan sebagai darurat global. Pasalnya, penyakit ini memiliki angka kematian hingga 10% dari total pasien.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular