
Gawat! Ini yang Terjadi jika Putin Stop Alirkan Gas ke Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Ancaman pemotongan pasokan gas dari Rusia mulai mengancam Eropa. Hal ini terjadi saat Benua Biru bersitegang dengan Moskow terkait serangan Rusia ke Ukraina.
Mengutip The Guardian, saat ini perusahaan energi plat merah Moskow, Gazprom, telah memotong pasokan yang mengalir melalui pipa gas alam utama Eropa, Nord Stream 1, sebesar 60%. Perusahaan itu menyebut langkah ini dilakukan akibat perbaikan yang dilakukan di pipa itu
Perbaikan ini pun telah memicu pemotongan pasokan di Italia, Austria, Republik Ceko, dan Slovakia. Aliran gas juga telah ditutup ke serangkaian negara lain termasuk Polandia, Bulgaria, Prancis, dan Belanda.
Selain itu, ledakan di fasilitas gas alam cair (LNG) Freeport yang besar di Pantai Teluk Texas, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini juga mengalami insiden ledakan. Fasilitas itu sendiri merupakan fasilitas yang penting bagi suplai gas dari AS ke Eropa.
Beberapa pihak mulai memprediksi akan ada krisis energi yang parah di Eropa bila hal ini terjadi. Pasalnya, 40% kebutuhan gas wilayah itu bergantung masih bergantung kepada sumber dari Rusia.
Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol meminta Eropa perlu segera mempersiapkan diri bila Rusia benar-benar menghentikan pasokannya ke wilayah itu. Ia mengatakan keputusan Moskow saat ini untuk memotong aliran gas bisa jadi merupakan langkah untuk memotong upaya Benua Biru menimbun pasokan
"Saya percaya akan ada langkah-langkah permintaan yang lebih dan lebih dalam (diambil oleh pemerintah di Eropa) saat musim dingin mendekat," kata Birol, menambahkan bahwa penjatahan pasokan gas tetap menjadi kemungkinan nyata jika Rusia memangkas ekspor lebih lanjut, dikutip Kamis (23/6/2022).
Birol menambahkan bahwa salah satu jalan keluar yang dapat ditempuh Benua Biru adalah pengembangan energi terbarukan. Ia mengklaim saat ini investasi dalam bidang itu masih lemah dan perlu diperkuat.
"Kecuali pemerintah duduk di kursi kemudi dan memobilisasi dana besar untuk menciptakan transisi energi bersih, kita harus menghadapi volatilitas energi yang ekstrem," tambahnya.
Pandangan yang sama juga disampaikan analis minyak dan gas Investec Nathan Piper. Ia mengatakan sebenarnya ada jalan keluar yang dapat diambil oleh Eropa, yakni membeli LNG dari AS yang lebih mahal.
"Satu-satunya cara mereka mendekati target adalah dengan membayar harga yang sangat tinggi. AS mengirim LNG ke Eropa melalui Asia karena negara-negara di Eropa membayar lebih," katanya.
Namun, bila langkah ini tidak dapat dilakukan, Eropa akan mengalami pembatasan produksi karena terbatasnya pasokan gas dari Rusia. Ini selanjutnya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi wilayah itu.
"Entah pemerintah akan memberlakukan batasan penggunaan energi, atau harga akan menjadi sangat tinggi sehingga tidak ekonomis untuk digunakan," tambahnya.
"Mungkin ada titik kritis jika Rusia menghentikan aliran gas musim dingin ini saat penggunaan tinggi. Bahkan selama perang dingin, Rusia adalah pemasok energi yang dapat diandalkan. Sekarang tautan itu telah terputus."
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Krisis Eropa Kian Mencekam, Rusia Tunjuk 'Kambing Hitam'
