Meski Banjir Pesanan, RI Enggan Tingkatkan Produksi Batu Bara
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yakini bahwa Indonesia tidak akan mengerek naik produksi batu bara dari yang saat ini ditargetkan mencapai 663 juta ton pada tahun 2022.
Hal itu meskipun batu bara Indonesia sedang dilirik oleh negara-negara Eropa dan lainnya yang meminta untuk mensuplai batu bara-nya. "Tidak ada kenaikan, tetap 663 juta ton," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM, Lana Saria kepada CNBC Indonesia, Kamis (23/6/2022).
Sampai berita ini diturunkan atau pada 23 Juni 2022, produksi batu bara Indonesia sudah mencapai 285,58 juta ton atau 43,07% dari target total produksi. Sementara penjualan sudah mencapai 176,70 juta ton.
Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membenarkan bahwa salah satu negara di Eropa yakni Jerman meminta kepada Indonesia untuk memenuhi kebutuhan batu bara negaranya. Hanya, Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan batu bara yang diminta secara full atau 50% dari kebutuhan Jerman.
Lana Saria mengatakan bahwa, sejatinya kebutuhan batu bara Jerman pada tahun 2022 mencapai 31,5 juta ton, di mana 50% direncanakan dipasok dari Rusia. Namun, karena terjadi perang Rusia dan Ukraina, sebagai sanksi ekonomi Uni Eropa (UE), Jerman akan menutup pasokan batu bara-nya dari Rusia. Oleh sebab itu, Jerman berharap Indonesia bisa memenuhi 50% kebutuhan batu bara asal Rusia tersebut.
"Jerman berharap kebutuhan 50% yang semula dari Rusia, bisa dipenuhi dari Indonesia. Namun, setelah dilanjutkan pembicaraan lebih detail, paling banyak diharapkan 5 - 6 juta ton dapat diperoleh dari Indonesia," terang Lana kepada CNBC Indonesia, Minggu (19/6/2022).
Dirjen Minerba Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan telah terdapat permintaan batu bara RI untuk Jerman dan India. Meski begitu, hingga sampai saat ini belum ada surat resmi dari kedua negara tersebut.
"Ini kan baru pembicaraan-pembicaraan. Belum resmi. Belum ada surat permintaan resmi," kata dia saat ditemui di Gedung DPR RI, Selasa (22/6/2022).
Dengan melihat kondisi tersebut, maka pemerintah belum berencana untuk melakukan peningkatan produksi. Bahkan, sejauh ini belum ada perusahaan batu bara yang mengajukan revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) untuk menggenjot produksi.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo mengaku telah ditelepon oleh lima Presiden dan Perdana Menteri (PM) negara lain, telepon tersebut berurusan dengan permintaan batu bara dari Indonesia. Jika tidak dikirimi batu bara, maka listrik dan industri negara tersebut bakal padam.
"Ada lima Presiden dan Perdana Menteri yang telepon saya., Presiden Jokowi mohon kita dikirim batu baranya segera dengan cepat. Kalau tidak kita mati listrik, industri kita mati," terang Jokowi dalam acara Rakernas PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022).
Dari banyaknya permintaan ekspor batu bara, Jokowi menyadari bahwa Indonesia memiliki kekuatan yang besar terhadap batu bara yang ada di dalam negeri. Tak hanya batu bara, Indonesia juga memiliki kekuatan yang besar dari produk Crude Palm Oil (CPO), yang mana ada beberapa negara juga yang meminta untuk RI mengekspor segera CPO-nya.
(pgr/pgr)