Ngeri! Begini Ramalan Krisis Pangan Yang Diperingatkan Jokowi

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
Selasa, 21/06/2022 13:45 WIB
Foto: Infografis/Ramalan Ngeri Jokowi, Ekonomi 60 Negara Bakal Ambruk!/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berulang kali memperingatkan ancaman krisis pangan. Bahkan, Jokowi pun mengajak petani menanami semua tanaman yang bisa dijadikan sebagai sumber pangan, seperti sorgum.

Yang terbaru, Jokowi mengajak pemanfaatan lahan di antara tanaman sawit dengan menanami jagung, bahkan porang. Jokowi mau Indonesia tidak hanya lolos dari ancaman krisis pangan, menjadi mandiri pangan, tapi juga bisa memanfaatkan potensi ekspor.

Lalu, apakah krisis pangan bakal terjadi segera atau sudah terjadi?


Ketua Umum Gabungan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, upaya memacu produksi komoditas pangan harus dimulai dari sekarang. Untuk mengantisipasi jika perang Rusia-Ukraina terus berlanjut.

"Kalau perang Rusia-Ukraina berlanjut, yang bahaya itu tentunya tahun depan. Sekarang ini kan memang krisis tapi ketersediaan masih cukup. Harganya yang naik signifikan. Tapi, kalau perang berlanjut, nggak ada yang tanam, paling nggak, akan berkurang. Otomatis, yang dipanen tahun depan berkurang," kata Adhi kepada CNCB Indonesia, Selasa (21/6/2022).

Tahun ini, lanjut dia, krisis pangan yang terjadi terutama karena lonjakan harga komoditas bahan pangan. Apalagi, dengan biaya logistik yang melambung. Hal ini, kata dia, sebagai efek gabungan pandemi Covid-19 terhadap harga komoditas dan permintaan pasar.

Foto: CNBC Indonesia TV
Gara-Gara Rusia, Jutaan Orang Terancam Kelaparan

"Akibatnya, harga-harga naik luar biasa. Tapi, tahun depan harus diwaspadai," katanya.

"Tahun ini, kita masih menikmati pangan yang ditanam tahun lalu. Tahun lalu kan nggak ada perang," lanjut Adhi.

Karena itu, imbuh dia, sesuai instruksi Presiden Jokowi, saatnya dimulai memacu produksi komoditas pangan nasional.

"Tapi, harus ada skala prioritas. Tentukan tanaman yang diunggulkan yang akan dinaikkan produksinya secara nasional, selain beras," kata Adhi.

"Pemerintah juga harus bersiap dengan persaingan pangan, energi, dan pakan ke depan, terutama di permintaan komoditas pertanian. Pemerintah dalam hal ini harus fokus kebutuhan pangan dasar," kata Adhi.

Senada, Kepala Biotech Center IPB University dan Reseacrg Associate CORE Indoensia Dwi Andreas Santosa menambahkan, ancaman krisis pangan berpotensi terjadi tahun depan, harus diwaspadai.

Pasalnya, dia menjelaskan, harga pangan, pupuk, dan energi diprediksi akan melambung tahun ini, baru melandai di tahun 2023. Harga pangan di sekitar 70% negara di dunia dilaporkan lebih tinggi dari inflasi keseluruhan. Akibatnya, lanjut dia, negara dengan ketergantungan impor tinggi seperti Indonesia akan mengalami dampak besar.

Andreas mencatat, impor pangan Indonesia tahun 2021 melonjak menjadi Rp9,09 miliar dibandingkan tahun 2020 yang sekitar US$6.83 miliar. Impor 8 komoditas utama, yaitu gandum, beras, jagung, kedelai, gula, tebu, bawang putih, ubi kayu, dan kacang tanah selama 3 tahun terakhir naik dari 25,3 juta ton tahun 2019 menjadi 26,2 juta ton tahun 2020.

"Kita perlu waspada benar stok komoditas tahun 2022/2023. Karena ketidakpastian global hingga 3 tahun mendatang. Yang bisa dilakukan adalah meningkatkan produksi pangan. Bukan hanya jargon, tapi peningkatan melalui usaha tani. Dengan menaikkan harga di petani," kata Andreas kepada CNBC Indonesia, Selasa (21/6/2022).

Pemerintah, lanjut dia, sebaiknya tidak lagi hanya mengutamakan konsumen, tapi juga petani yang adalah produsen.

Sementara itu, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memangkas estimasi produksi gandum dunia tahun 2022/2023. Dari 774,83 juta ton saat proyeksi Mei 2022 menjadi 773,43 juta ton untuk proyeksi Juni 2022.

Namun, estimasi produksi jagung dinaikkan menjadi 1,18 miliar ton jadi 1,18 miliar ton.

Proyeksi untuk produksi beras naik dari 514,63 juta ton jadi 512,35 juta ton.

Dan estimasi untuk kedelai dinaikkan dari 394,69 juta ton jadi 395,37 juta ton.

Di sisi lain, The Global Network Against Food Crises mencatat, per 13 Juni 2022, 30% lahan pertanian musim dingin diprediksi bakal alami gagal pangan.


(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pulau Buru Bangkit, Genjot Hilirisasi dan Pertanian