60% Bahan Pakan Impor, RI Bisa Terancam 'Kiamat' Ayam?

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
17 June 2022 17:10
Peternak memanen telur ayam di peternakan kawasan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Selasa (18/2/2020). Pemerintah resmi menaikkan harga acuan daging dan telur ayam ras untuk mengimbangi penyesuaian tingkat harga di pasar yakni harga telur ayam di tingkat peternak dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp20 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp21 ribu per kg sedangkan daging ayam ras dinaikkan dari Rp18 ribu-Rp19 ribu per kg menjadi Rp19 ribu-Rp20 ribu per kg. Lukman 45 tahun Peternak  mengatakan kenaikan harga tersebut sebagai hal yang positif. Sebab, bila tidak hal itu tentu dirasakan merugikan. Pasalnya, saat ini nilai tukar dolar terhadap rupiah tengah menguat dan mempengaruhi berbagai hal, termasuk biaya transportasi.
 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Peternak Ayam (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, Indonesia memang masih harus mengandalkan beberapa bahan baku pakan ternak dari pasokan impor. Yaitu, komponen yang dibutuhkan untuk pemenuhan protein ternak.

Karena itu, diakui, akan berdampak pada harga pakan di dalam negeri. Yang berujung pada biaya produksi peternak.

"Yang diimpor itu terutama soybean meal, impor 100% karena kita nggak produksi. Itu adalah produk hasil ekstraksi minyak kedelai, untuk protein ternak. Bukan hanya Indonesia, secara global dunia juga bergantung dari soybean meal impor. Diantaranya berasal dari Amerika Serikat (AS), Argentina, dan India," kata Desianto kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/6/2022).

Sedangkan untuk sumber energi seperti biji-bijian, ujarnya, pasokan dari dalam negeri mencukupi.

"Secara volume, raw material (bahan baku) impor itu hanya sekitar 35% dari formula memproduksi pakan ternak. Tapi, secara value, komposisi nilainya itu bisa 50-60% dari total feed (pakan) yang dibuat," jelasnya.

Desianto menambahkan, harga-harga saat ini memang naik. Tak hanya bahan baku pembuatan pakan ternak. Tapi, juga ongkos logistik internasional, termasuk ocean freight dan tarif kontainer yang melonjak.

"Di samping harga bahan baku atau raw material yang memang melonjak tajam sejak pertengahan tahun lalu. Ongkos ocean freight, kontainer, dan geopolitik Ukraina yang adalah pemasok gandum dunia, turut mempengaruhi kondisi dan rantai pasok grains (serealia/ biji-bijian)," kata Desianto.

Dalam sebuah webinar pekan lalu, Desianto pun mengungkapkan, hingga 80-85% biaya produksi pakan dipengaruhi bahan baku. Sementara, kontribusi pakan terhadap biaya produksi peternakan adalah 60-70% tergantung jenis ternak.

Di dalam negeri, dia menambahkan, harga franco gudang pabrik pakan di 10 sentra produksi untuk jagung kadar air 15% juga terus menunjukkan kenaikan yang liar. Jauh melampaui harga acuan pemerintah tahun 2020 yang sebesar Rp4.500 per kg.

Begitu juga harga dedak padi yang melonjak mendekati Rp5.000 per kg. Meski, di awal Juni terpantau sedikit melandai tapi masih di atas Rp4.000 per kg.

A worker carries chickens at a poultry farm in Sepang, Selangor, May 27, 2022.  Picture taken May 27, 2022. REUTERS/Hasnoor HussainFoto: REUTERS/HASNOOR HUSSAIN
A worker carries chickens at a poultry farm in Sepang, Selangor, May 27, 2022. Picture taken May 27, 2022. REUTERS/Hasnoor Hussain

Kebutuhan Indonesia

Sementara itu, Departemen Pertanian AS mencatat, dua produsen utama soybean meal di dunia adalah China dan AS. Dimana, tahun 2022/2023 diprediksi akan memproduksi masing-masing 75,24 juta ton dan 48,12 juta ton.

Konsumsi lokal kedua negara tersebut untuk tahun 2022/2023 adalah 74,27 juta ton dan 35,38 juta ton.

Indonesia merupakan importir terbesar kedua di dunia setelah Uni Eropa. Tahun 2022/2023, Indonesia diprediksi akan membutuhkan 5,6 juta ton pasokan soybean meal. Sedangkan kawasan Uni Eropa diprediksi membutuhkan pasokan 16,75 juta ton. Tahun 2021/2022, Indonesia mengimpor 5,25 juta ton soybean meal.

Menyusul Indonesia adalah Vietnam dengan estimasi kebutuhan 5,3 juta ton.

Pengaruh Impor

Sebelumnya, saat blusukan perdana ke Pasar Cibubur, Jakarta, Kamis (16/6/2022), Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) menyoroti harga-harga bahan pangan pokok yang melonjak. Dan berjanji akan segera melakukan koordinasi lintas kementerian/ lembaga untuk segera menjinakkan harga-harga yang meningkat.

"Kita akan menyelesaikan bareng-bareng Kementerian terkait juga, saya kira ngga mudah, apalagi menyangkut pangan impor. Saya tanya kenapa naik ayam, rupanya pakannya, selain jagung impor juga jadi kita sangat tergantung impor, daging impor juga, hampir semua impor," sebut Zulhas.

Dia mengakui bahwa itu tidak mudah karena berurusan dengan lintas kementerian dan lembaga.

"Mengatasi ini saya kira ngga bisa hanya yang mengatur Kemendag, masalah utama kita ketergantungan impor pangan," sebut Zulhas.

Sebelumnya, Malaysia sempat mengunci keran ekspor ayam akibat lonjakan harga dan keterbatasan pasokan di dalam negeri. Langkah Malaysia itu pun memicu krisis ayam di Singapura yang mengandalkan pasokan dari Malaysia.

Terbaru, peternak di Filipina mulai menjerit akibat gangguan rantai pasok yang memicu lonjakan biaya produksi dna harga pakan ternak. 


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Potensi Anomali Harga Jagung, Efek Pandemi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular