Ekonomi Korsel Loyo Tahun Ini, Jadi Korban Perang Rusia Juga?
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Korea Selatan (Korsel) akan tumbuh pada laju paling lambat dalam tiga tahun terakhir pada 2022. Pemerintah baru Presiden Yoon Suk Yeol telah menurunkan perkiraan pertumbuhan tahun ini menjadi 2,6% dari 3,1%.
Ia juga menaikkan perkiraan inflasi dari 2,2% menjadi 4,7%. Ini tercepat sejak 2008.
"Kami menempatkan prioritas utama kami untuk menstabilkan harga karena itu adalah pemahaman bersama kami," kata Menteri Keuangan Choo Kyung Ho, merujuk pada Gubernur Bank of Korea (BOK) Rhee Chang Yong, Kamis (16/6/2022), dilansir dari Reuters.
Selain itu, untuk membantu bisnis Korsel, pemerintah mengusulkan untuk menurunkan tarif pajak maksimum perusahaan menjadi 22%, jumlah rata-rata negara-negara di Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Tarif di sekitar 100 perusahaan terbesar adalah 25% sejak 2018.
Perekonomian Korsel, terbesar keempat di Asia, tahun lalu mencapai ekspansi tahunan tercepat sejak 2010. Namun ketika pemerintahan Yoon mulai menjabat bulan lalu, negara itu tiba-tiba menghadapi gangguan rantai pasokan global dan mengakibatkan kesulitan dalam mempertahankan ekspor.
Kementerian Keuangan Korsel mengatakan seluruh ekonomi dunia menderita kemacetan. Ini karena Perang Rusia-Ukraina, inflasi, pengetatan moneter yang lebih cepat di negara-negara besar, dan penguncian (lockdown) di China.