Internasional

Aeroflot Rusia Rencanakan Dana Tunai Darurat Rp43,5 T

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 June 2022 20:37
Pesawat Sukhoi SSJ-100 dari Aeroflot Airlines, tengah, terlihat setelah pendaratan darurat di bandara Sheremetyevo di Moskow, Rusia, Minggu, 5 Mei 2019. Pesawat milik perusahaan penerbangan nasional Rusia Aeroflot mendarat dengan api di bandara. (AP / Alexander Zemlianichenko)
Foto: Pesawat Sukhoi SSJ-100 dari Aeroflot Airlines, tengah, terlihat setelah pendaratan darurat di bandara Sheremetyevo di Moskow, Rusia, Minggu, 5 Mei 2019. Pesawat milik perusahaan penerbangan nasional Rusia Aeroflot mendarat dengan api di bandara. (AP / Alexander Zemlianichenko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di bawah sanksi ketat dari Barat dan larangan memasuki sejumlah wilayah udara, maskapai penerbangan utama negara Rusia Aeroflot berencana mengumpulkan hingga US$3 miliar atau setara Rp43,5 triliun (asumsi Rp14.500/US$) dalam bentuk penerbitan saham darurat.

Melansir Aljazeera, suntikan US$3 miliar sebagian akan berasal dari Dana Kekayaan Nasional Rusia (NWF), dana darurat pemerintah yang dirancang bisa membantu perusahaan-perusahaan besar yang terkena sanksi Barat. Pemerintah Rusia berjanji untuk menginvestasikan US$1,73 miliar di Aeroflot.

Kremlin mengatakan akan menggunakan US$198 miliar NWF untuk menopang ekonomi. Selama pandemi, Moskow telah membeli US$ 1,3 miliar saham Aeroflot menggunakan NWF.

Aeroflot, yang dikendalikan oleh negara Rusia, mengatakan kepada para pemegang saham dalam pertemuan tahunannya, bahwa mereka telah menyetujui penerbitan 5,42 miliar saham baru yang dapat dibeli dengan harga masing-masing senilai 34,29 rubel, pada Selasa (7/6/2022).

Dengan jumlah penumpang masih turun sepertiga dibandingkan dengan tingkat pra-pandemi Covid-19 pada awal tahun, perusahaan sangat terpukul oleh sanksi oleh negara-negara Barat.

Uni Eropa (UE), Amerika Serikat (AS), Inggris dan Kanada telah menutup wilayah udara mereka untuk pesawat Rusia. Sanksi ini tentu memukul bisnis Aeroflot karena mereka tak bisa meraup untung dari pasar Barat.

Airbus dan Boeing juga telah menghentikan pasokan suku cadang dan layanan pesawat ke operator Rusia.

Sebagai tanggapan, Aeroflot memilih untuk tidak membayar dividen atas pendapatan 2021 dan belum mempublikasikan hasil kuartal pertama untuk tahun ini. Hal tersebut dilakukan demi melindungi perusahaan dari keharusan mengungkapkan kerugian finansial akibat sanksi Barat.

Meski demikian, maskapai ini berencana memesan 300 pesawat dari United Aircraft Corporation, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Rostec, konglomerat pertahanan dan kedirgantaraan negara Rusia, menurut laporan surat kabar bisnis Vedomosti. Surat kabar itu, mengutip dua sumber, mengatakan Aeroflot sedang mengincar pesawat jarak menengah Irkut MS-21, juga dikenal sebagai MC-21, yang dapat membawa lebih dari 200 penumpang dan akan mulai beroperasi tahun ini.

Aeroflot juga menginginkan Sukhoi Superjet 100, jet penumpang utama buatan dalam negeri Rusia, yang biasanya hanya menampung kurang dari 100 penumpang. Sejumlah kecil pesanan akan dibuat untuk Tupolev Tu-214, yang dapat menampung sekitar 200 orang.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Goks! Tingkat Kepercayaan Warga Rusia ke Putin Naik Jadi 78%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular