Tiga Pilar Bisnis yang Digarap Medco, Apa Saja?

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
07 June 2022 19:56
Medco Energi: Perbaikan Aturan Fiscal Term, Kunci Dorong Investasi Migas (CNBC Indonesia TV)
Foto: Medco Energi: Perbaikan Aturan Fiscal Term, Kunci Dorong Investasi Migas (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) terus berupaya mensinergikan tiga pilar bisnis di sektor energi. Di antaranya yakni minyak dan gas bumi (migas), kelistrikan dan pertambangan mineral.

Direktur Utama MedcoEnergi Hilmi Panigoro mengatakan bahwa terdapat tiga pilar bisnis yang saat ini dikembangkan oleh Medco. Adapun pilar bisnis pertama yakni pengembangan di sektor hulu migas.

Menurut Hilmi perusahaan bakal terus menggenjot produksi dengan melakukan akuisisi serta kegiatan eksplorasi. Sekalipun, saat ini dunia tengah melakukan transisi energi dari fosil ke energi bersih.

"Bagaimana caranya? Eksplorasi dan akuisisi, ekspansi migas harus terus, meski ada transisi energi hijau. Namun permintaan dunia terutama Asia dan Indonesia ini terus meningkat. Kita harus membantu pemerintah untuk meningkatkan ketahanan energi," kata dia dalam acara Talk To Titans CNBC Indonesia, Selasa (7/6/2022).

Pilar bisnis kedua yakni listrik, Hilmi menilai bahwa bisnis kelistrikan dalam beberapa tahun mendatang akan menjadi bisnis energi masa depan. Di mana mesin bertenaga listrik akan lebih banyak mendominasi.

"Makanya kita fokus di energi listrik untuk masa depan di gas sebagai transisi matahari, angin dan renewable lainnya kita baru selesaikan 26 megawatt (MW) di Sumbawa, 50 MW di Bali untuk solar plant termasuk Geothermal di Ijen Jawa Timur," ujarnya.

Pilar ketiga yakni pertambangan mineral, menurut Hilmi komponen penting dalam produksi pembangkit energi baru terbarukan yaitu tembaga. Tembaga sendiri digunakan sebagai bahan baku kabel karena sifatnya sebagai konduktor yang baik.

Di samping itu, tren kendaraan listrik juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan tembaga di dalam negeri. Pasalnya, kebutuhan tembaga untuk produksi mobil listrik jauh lebih besar dibandingkan kebutuhan tembaga untuk mobil konvensional.

"Jadi kalau mobil konvensional butuh 25 Kg tembaga, sedangkan EV butuh 120 Kg. Ini sejalan lah kita produksi copper untuk membantu industri EV di Indonesia," katanya.


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular