
Harga Cabai Pedas Banget, Rp 100 Ribu Sekilo!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga cabai melonjak lebih dari 20% dalam sepekan terakhir karena persoalan cuaca. Seperti de javu, setiap cuaca ekstrem terjadi, gejolak harga cabai mengikuti.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), pada hari ini, Senin (6/6/2022), harga cabai rawit dijual Rp 75.600 per kg. Harga tersebut melonjak 24,3% dibandingkan pekan sebelumnya.
Sementara itu, harga cabai merah keriting dibanderol Rp 57.100 per kg atau naik 10% dibandingkan pekan sebelumnya. Di Kalimantan Utara dan DKI Jakarta, harga cabai rawit merah bahkan menembus Rp 100.000 per kg.
Harga cabai rawit mulai melangit menjelang Hari Raya Idul Fitri, 2 Mei lalu. Harga bumbu dapur tersebut tak kunjung turun bahkan terus melambung hingga sekarang. Kondisi tersebut menjadi anomali mengingat harga sayur-sayur dan bumbu dapur biasanya langsung melandai setelah Lebaran.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, menjelaskan kenaikan harga cabai lebih disebabkan faktor cuaca. Musim hujan berlangsung lebih lama sehingga banyak tanaman yang mati atau rusak. Musim hujan juga membuat musim tanam bergeser dari yang seharusnya, yakni setelah Maret-April.
"Ini persoalan cuaca, nggak bisa diapa-apain. Cabai itu kan tanaman yang maunya ada air tapi tidak berlebihan. Kalau berlebihan tidak bagus," tutur Prihasto, kepada CNBC Indonesia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pekan lalu, menjelaskan fenomena La Nina masih kuat hingga Mei sehingga musim kemarau mundur dan hujan masih terjadi di bulan Mei. Dia menambahkan musim panen raya cabai seharusnya terjadi Maret-April. Namun, musim hujan yang lebih panjang membuat banyak tanaman rusak.
"Mudah-mudahan Juli sudah ada yang panen. Juli hingga Agustus seharusnya sudah panen raya lagi," imbuhnya.
Prihasto mengatakan produksi cabai Indonesia rata-rata mencapai 2,8 juta ton per tahun. Termasuk di dalamnya adalah cabai rawit merah, cabai rawit hijau, cabai merah keriting, dan cabai merah besar. Sentra produksi cabai di Indonesia di antaranya adalah Garut, Cianjur, dan Sumedang di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, sentra produsen cabai ada di Temanggung sementara di Jawa Timur ada di Tuban dan Banyuwangi.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengatakan petani terpaksa menggeser musim tanam cabai pada tahun ini karena cuaca. Kondisi ini turut berperan dalam melambungkan harga cabai.
Musim tanam yang paling bagus bagi tanaman cabai adalah Maret, April, dan Mei. Karena musim hujan yang berkepanjangan, musim tanam massal kemungkinan bergeser ke bulan September atau Oktober.
"Sekarang ada yang tetap menanam cabai, dua bulan ke depan ada yang panen. Tapi yang tanam sekarang agak khawatir karena musimnya seperti ini. Kalau hujan terus ya bisa lewat," tutur Hamid, kepada CNBC Indonesia.
Selain persoalan cuaca, Hamid menjelaskan lonjakan harga cabai juga disebabkan produktivitas tanah yang rendah. Ribuan hektare tanah yang digunakan untuk menanam cabai sudah "sakit" karena sudah digunakan berulang-ulang.
"Kesuburannya rendah jadi mau dipupuk seperti apa ya tidak mampu menumbuhkan tanaman dengan baik," tutur Hamid.
Hamid mengingatkan tanah yang "sakit" ini akan menjadi persoalan serius karena bisa mengganggu produktivitas cabai ke depan. Terlebih, tanaman cabai di Indonesia sangar rentan terhadap hama, termasuk antraknosa.
Akibat dari cuaca dan hama, pada tahun ini dari sekitar 5.000 hektare tanah di Tuban, tidak sampai 1.000 hektare yang bisa menghasilkan cabai dalam kualitas baik.
"Biasanya mereka panen 15 kali sekarang cuma 6 kali,"ujar Hamid.
Persoalan lain yang membuat harga cabai kerap melonjak adalah terbatasnya sumber daya manusia (SDM) di bidang pertanian. Padahal, perkembangan dunia pertanian, termasuk hama, terus berkembang.
"SDM pertanian kita juga tidak berkembang. Pengetahuannya itu-itu saja. Padahal selalu ada perkembangan," ujarnya.
Terbatasnya SDM juga menjadi salah satu sebab produksi cabai cenderung stagnan. Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi cabai rawit hanya naik tipis dari 1,34 juta ton pada 2018 menjadi 1,51 juta ton pada 2020. Sementara itu, produksi cabai besar stagnan dalam kurun waktu 2017-2019.
Lonjakan harga cabai kerap terjadi di Indonesia. Harga cabai bahkan pernah melonjak hingga di atas Rp 100 rbu per kg pada 2010, 2016, awal 2017, ataupun 2021.
Dengan peran strategisnya sebagai bumbu utama masakan Indonesia, harga cabai kerap naik baik karena meningkatnya permintaan atau merosotnya pasokan.
Lonjakan harga akibat permintaan biasanya menjelang Lebaran. Kenaikan harga karena berkurangnya pasokan biasanya terjadi pada akhir tahun hingga awal tahun karena ada gangguan cuaca.
Pada 2021, misalnya, harga cabai sudah menjulang di awal tahun hingga menembus Rp 78.000/kg mengikuti pola historisnya. Harga cabai rawit kemudian melandai dan ada di titik terendah di bulan September di kisaran Rp 35.000/kg. Harga cabai rawit merah melonjak kembali menjelang akhir tahun. Di bulan Desember 2021, harga cabai menembus Rp 100.000/kg. Di beberapa pasar di Jakarta, harga cabai rawit bahkan menembus Rp 125.000/kg.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aneh! Stok Diklaim Aman, Harga Cabai Malah 'Terbang'