Ini Bukti Nyata Indonesia Jadi 'Tumbal' Perang Rusia-Ukraina

Maesaroh, CNBC Indonesia
Jumat, 03/06/2022 14:46 WIB
Foto: AP/Petros Giannakouris

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan bisa berdampak besar kepada Indonesia mulai dari kenaikan harga makanan, minyak mentah pupuk, hingga hilangnya potensi ekspor.

Jarak Ukraina, Rusia, dan Indonesia terpisah sekitar 9.500 km lebih. Namun, perang yang melibatkan kedua negara tersebut mulai berimbas kepada jutaan rakyat Indonesia. Tidak hanya pembuat roti di Jakarta, imbas perang Rusia-Ukraina juga dirasakan petani di pelosok karena harga pupuk yang terancam meningkat tajam.

Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri I Gede Ngurah Swajaya mengingatkan perang Rusia-Ukraina bisa membuat masyarakat Indonesia, terutama petani, terancam.


"Ada satu hal yang sangat mengancam rakyat Indonesia, khususnya terkait ketahanan pangan, yakni sebagian besar supply untuk produksi pupuk Indonesia berasal dari Belarusia dan Rusia," tutur I Gede Ngurah pada diskusi LPPI Virtual Seminar #76 : Krisis Geopolitik dan Dampaknya pada Perekonomian Indonesia, Selasa (31/5/2022).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pupuk adalah tiga komoditas utama yang diimpor Indonesia dari Rusia selain besi dan baja serta bahan bakar mineral. Pada 2021, Indonesia mengimpor pupuk senilai US$ 326,1 juta dari Rusia sementara pada Januari-Februari tahun ini sebesar US$ 95,6 juta.

I Gede Ngurah mengatakan impor pupuk dari Rusia memang masih bisa dilakukan di tengah konflik. Pupuk juga tidak masuk dalam komoditas yang dikenai sanksi. Namun, perang membuat sebagian jalur diblokade sehingga jalur logistik terganggu. 

Persoalan lain adalah terkait pembayaran. Negara Barat sudah mengeluarkan dari sistem keuangan dunia Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) sebagai bagian dari sanksi ekonomi ke Negeri Beruang MerahSanksi tersebut tentu saja menyulitkan negara lain jika bertransaksi dengan Rusia.

"Secara logistik kemampuan Indonesia untuk mendatangkan pupuk ataupun pangan dari wilayah konflik juga menjadi hambatan yang luar biasa," imbuhnya.

Sumber: BPS

Perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan juga akan membuat sejumlah komoditas pangan melonjak. BPS, Kamis (2/6/2022), sudah mengingatkan perang sudah membuat harga pangan impor merangkak naik mulai dari kedelai, tepung terigu, hingga gandum.

Tidak hanya di sektor pangan, komoditas energi juga bisa bergerak liar jika perang Rusia-Ukraina terus berlanjut. Harga minyak mentah menjadi yang paling banyak disorot saat ini. Perang Rusia-Ukraina membawa harga minyak Brent kembali ke level US$ 100 per barel. Harga minyak Brent juga melonjak 60% lebih dalam setahun terakhir.

Rencana sanksi Eropa untuk melarang impor minyak mentah Rusia bahkan sudah membuat harga komoditas tersebut melambung. Pada pagi hari ini, harga minyak Brent ada di kisaran US$ 117 per barel, atau melonjak 63% dalam setahun.


Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan Indonesia secara umum diuntungkan dari kenaikan harga komoditas sebagai dampak meletusnya perang Rusia-Ukraina. Pasalnya, Indonesia adalah penghasil komoditas seperti batu bara, minyak sawit mentah, hingga nikel yang harganya ikut melambung karena perang.

Namun, jika perang tidak juga surut, Indonesia juga akan terdampak besar karena harga minyak kemungkinan terus melonjak. Pemerintah memang sudah berkomitmen untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik untuk menjaga inflasi dan daya beli. Namun, David mengingatkan persoalan besar akan timbul jika harga minyak mentah terus melonjak dan melewati US$ 140 per barel.

"Yang jadi masalah jika perang terus berkepanjangan dan meluas. Akan ada pukulan di harga energi sehingga subsidi bisa saja tidak cukup. Kalau harga minyaknya sampai US$ 140 per barel, gapnya akan semakin besar. Inflasi bisa meningkat," tuturnya.

UOB dalam laporannya Indonesia: Revising Our Inflation-GDP Outlook Amidst Uncertainty menghitung besarnya dampak kenaikan harga minyak ke inflasi. Setiap kenaikan harga minyak sebesar US$ 10 per barel maka inflasi bisa terdongkrak 1,9 poin persentase (ppt) pada tahun berjalan. Namun, dalam jangka pendek, dampak tersebut hanya berkisar 0,3 ppt.


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ahli Ungkap Siapa Untung Vs Buntung Jika Selat Hormuz Ditutup

Pages