Adu Murah Harga Beras: Jokowi atau SBY?

Maesaroh, CNBC Indonesia
Kamis, 02/06/2022 17:05 WIB
Foto: Gudang Pengolahan Kualitas Beras Bulog (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi beras tidak lagi menakutkan seiring membaiknya pasokan dan terkendalinya harga. Beras yang biasanya menjadi kontributor utama inflasi dalam lima tahun terakhir bahkan kerap menghilang dalam 20 besar penyumbang inflasi tahunan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beras tidak masuk dalam 20 besar penyumbang inflasi pada tahun 2021. Pada tahun 2020, beras juga hanya ada di peringkat 15 dalam kelompok 20 komoditas penyumbang inflasi terbesar.

Sepanjang 2017-2021, hanya sekali beras masuk dalam lima besar penyumbang inflasi tahunan yakni pada tahun 2017. Sebaliknya, beras menghilang dari daftar 20 besar penyumbang inflasi pada 2016, 2019, dan 2021.


Sumbangan inflasi beras kepada inflasi tahunan juga menurun drastis dari 0,38% di tahun 2014 menjadi 0,02% di tahun 2020.


Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan periode 2009-2014. Pada masa pemerintahan kedua Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut, selalu masuk tujuh besar penyumbang inflasi tahunan.

Pada 2010-2012, beras bahkan selalu menjadi penyumbang terbesar inflasi pada tahun berjalan. Pada 2020, sumbangan inflasi beras menembus 1,29% sementara inflasi pada tahun berjalan mencapai 6,96%. Harga beras melonjak tajam pada tahun tersebut karena cuaca ekstrem.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan cuaca di tahun 2010 adalah yang paling ekstrem dalam periode 12 tahun. Pada tahun tersebut terjadi penyimpangan musim kemarau serta memanasnya suhu permukaan laut hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di pertengahan tahun juga masih terjadi hujan sehingga mengakibatkan terganggunya musim tanam padi.

Di saat yang bersamaan, Indonesia tidak bisa mengimpor beras dalam jumlah besar karena produsen besar seperti Vietnam dan Thailand melakukan pengetatan ekspor beras.

Lonjakan harga beras juga disebabkan karena keterlambatan pendistribusian raskin untuk masyarakat miskin.


Merujuk data BPS rata-rata harga beras pada tahun 2010 meningkat 6% tetapi pada awal-awal tahun sempat melonjak 8%.
Pada lima tahun terakhir (2017-2021), rata-rata harga beras di level grosir naik 4,84% dari Rp 11.534,93 per kg di taun 2017 menjadi Rp 12.094,00 per kg di tahun 2021.

Kenaikan ini terbilang sangat kecil dibandingkan pada periode 2010-2014 di mana terjadi kenaikan 36,05% dari Rp 7.084,29 per kg di tahun 2010 menjadi Rp 9.637,88 per kg di tahun 2014.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan rendahnya inflasi pada beras karena beras pasokan yang mencukupi. "Inflasi bisa saja terjadi karena tekanan supply dan distribusi. Supply domestik mencukupi sehingga harganya terkendali," dalam konferensi pers, Kamis (2/6/2022).

Berdasarkan data BPS, produksi padi pada 2021 tercatat 54,42 juta ton gabah kering giling (GKG), turun 0,43% dibandingkan pada 2020 (54,65 juta ton). Pada 2019, produksi padi mencapai 54,60 juta ton.

Kendati produksi turun atau hanya naik tipis, konsumsi beras juga cenderung stagnan sehingga stok mencukupi. Pada 2021, produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 31,33 juta ton di tahun 2021. Sementara itu, pada tahun 2020 sebesar 31,50 juta ton dan 2019 sebanyak 31,31 juta ton.

Aditya Alta, peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), mengatakan terkendalinya harga beras karena pergerakan komoditas tersebut tidak terlalu terpengaruh dengan harga internasional.

"Secara umum karena permintaan beras itu sebagai pangan pokok inelastis, tidak banyak berubah. Kebutuhan beras kita dipenuhi domestik dan dikonsumsi domestik juga jadi tidak ada pengaruh harga internasional," tutur Aditya, kepada CNBC Indonesia.

Stabilnya harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di hampir seluruh negara Asia, termasuk Thailand. Kondisi tersebut membuat tekanan inflasi bahan pangan di Asia tidak sekencang di kawasan lain. Harga gandum sepanjang tahun ini sudah naik 52% sementara harga beras relatif stabil hanya 17,6%

Ekonom OCBC Wellian Wiranto mengatakan harga beras mungkin tidak melonjak saat ini karena pasokan mencukupi. Namun, harga beras bisa menjadi persoalan jika Vietnam dan Thailand sebagai eksportir terbesar kedua dan ketiga di dunia menaikkan harga untuk membantu petani.

"Suplai beras masih bagus. Harga beras juga masih relatif stabil dan ini merupakan kabar baik di tengah lonjakan inflasi. Namun, ini bukan jaminan," tutur Wellian dalam laporannya Stable Staple: Rice Price Has Helped to Contain Asia's Inflation for Now.



(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bulog Pastikan Pemain Judol Tak akan Dapat Bantuan Beras