
Perang Rusia-Ukraina "Makan Korban" Banyak Negara, RI Kena?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina membawa dampak bagi beberapa negara dunia. Pasalnya, kedua negara merupakan produsen beberapa sumber energi dan juga pangan
Ini diperparah oleh sikap negara-negara Barat dan sekutunya yang menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Moskow. Meski berharap Rusia menghentikan serangan, nyatanya sanksi pun membawa "kesakitan" lebih ke banyak negara.
Berikut daftar negara-negara dan wilayah yang menjadi korban perang Rusia-Ukraina sebagaimana dirangkum CNBC Indonesia:
1. Eropa
Beberapa negara di Benua Biru pun harus merasakan kehilangan aliran sumber energi seperti gas dan minyak. Terbaru, negara yang harus terkena dampak adalah Belanda dan Denmark.
BUMN energi Rusia, Gazprom, mengkonfirmasi akan memotong pasokan gas alam ke perusahaan perdagangan gas Belanda GasTerra, Selasa (31/5/2022). Ini akibat balas dendam Rusia ke Uni Eropa (UE) yang mewajibkan pembelian energi menggunakan mata uang Rubel.
Di Denmark, Gazprom juga akan menghentikan aliran gasnya dengan alasan yang sama.
Pemotongan ini sendiri mirip dengan langkah sebelumnya yang dilakukan Moskow terhadap Polandia dan Bulgaria. Warsawa dan Sofia juga menolak permintaan Rusia yang menginginkan agar gasnya dibayar dengan Rubel.
Permintaan Rusia mengenai pembayaran dengan Rubel sendiri diakibatkan oleh terputusnya negara itu dari akses devisa. Sebelum serangan ke Ukraina, negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu seringkali mendapatkan pembayaran gas dalam mata uang asing seperti Euro.
2. Timur Tengah
Timur Tengah (Timteng) juga menjadi korban perang Rusia-Ukraina. Pasalnya Rusia dan Ukraina merupakan eksportir pangan yang cukup signifikan bagi wilayah itu.
Menteri Keuangan (Menkeu) Arab Saudi, Mohammed Al Jadaan, menegaskan bahwa ketakutan terbesar Saudi pasca perang adalah kenaikan harga pangan.
Al Jadaan menyebutkan Mesir merupakan negara lainnya di kawasan itu yang bergantung dari stok pangan Ukraina dan Rusia. Negeri Piramida itu mengimpor 80% gandumnya dari kedua negara yang bertikai itu.
Selain Mesir, Lebanon, yang sudah bertahun-tahun mengalami krisis utang dan inflasi, mengimpor 60% gandumnya dari Moskow dan Kyiv.
Untuk mengatasi hal ini, Arab Saudi pada akhir Maret menjanjikan US$ 15 miliar bantuan ekonomi kepada Mesir. Dana itu disalurkan untuk menolong negara berpenduduk terpadat di Timur Tengah itu yang saat ini terpukul keras oleh rekor harga biji-bijian akibat perang.
3. Afrika
Afrika sendiri juga "berteriak" akibat perang Rusia dan Ukraina. Ketua Uni Afrika yang juga Presiden Senegal, Macky Sall, bahkan memperingatkan para pemimpin Barat.
Ini terkait keputusan untuk mengeluarkan bank-bank Rusia, termasuk bank terbesar Sberbank, dari sistem keuangan global SWIFT. Langkah diambil sebagai sanksi baru menyikapi Rusia menyerang Ukraina.
Uni Afrika menganggap hal itu berisiko merugikan pasokan makanan Afrika. Pasalnya aturan sanksi mempersulit impor biji-bijian Rusia.
4. Australia
Australia juga ikut terkena imbas perang Ukraina-Rusia. Adapun pengaruh yang dialami Negeri Kangguru dari perang tersebut adalah Eropa mulai membidik suplai gas mereka. Itu diyakini membuat pasokan dalam negeri Canberra terancam.
Hal ini menyusul terkait kebijakan larangan impor gas Rusia yang diberlakukan negara-negara Eropa sebagai sanksi serangan Moskow ke Ukraina, sehingga Eropa kini mengincar Australia sebagai suplai gas.
Dalam sebuah analisis, analis dari Credit Suisse, Saul Kavonic, menyatakan Eropa kemungkinan besar akan mengambil banyak pasokan dari Australia. Diketahui, Rusia sebelumnya memasok hingga 40% kebutuhan gas negara itu.
Bagaimana ke RI?
Halaman 2>>
RI sebenarnya juga mengantisipasi dampak perang Rusia-Ukraina. Setidaknya ini dikatakan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indonesia.
Perang menyebabkan krisis energi dan krisis pangan. Meskipun Indonesia sejauh ini belum merasakan dampak yang signifikan dibandingkan negara di kawasan Amerika Selatan hingga Afrika.
"Disruption supply harus terus diantisipasi karena ini bukan krisis jangka pendek ini cukup struktural di level global," ungkap Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa lalu.
"Indonesia harus mampu mengurangi risiko supply disruption terutama bidang pangan dan energi dengan strategi APBN maupun non APBN," jelasnya.
Beberapa komoditas yang patut menjadi perhatian adalah kedelai, gandum, minyak goreng dan bawang merah dalam kelompok pangan. Sementara energi yaitu BBM, listrik, dan LPG, gas alam serta batu bara.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perang Rusia-Ukraina Makan Korban, Ini Dampak ke Eropa-Asia
