Hilirisasi Tambang Jadi Alat Dukung Dekarbonisasi RI

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
31 May 2022 16:20
Presiden Joko Widodo Saat Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia, KEK Gresik, 12 Oktober 2021. ( Biro Pers Sekretariat Presiden/ Lukas)
Foto: Presiden Joko Widodo Saat Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia, KEK Gresik, 12 Oktober 2021. ( Biro Pers Sekretariat Presiden/ Lukas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi industri berbasis bahan tambang mineral. Hal ini dilakukan guna mendukung pencapaian target penurunan emisi menuju Net Zero Emission.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif menyampaikan bahwa konsep hilirisasi di Indonesia telah sesuai seperti apa yang telah tertuang di dalam Undang-Undang (UU) No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba). Utamanya yakni untuk peningkatan nilai tambah.

"Komoditas penting di Indonesia ini berhubungan dengan tentunya misalnya kepada yang kita sebut green metals. Ini akan mempunyai fungsi yang sangat utama di dalam melakukan dekarbonisasi menuju net zero emissions," ujar Irwandy dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia, Senin (30/5/2022).

Menurut Irwandy komoditas mineral seperti nikel, tembaga, dan kobalt misalnya akan memegang peranan penting. Khususnya dalam pengembangan industri baterai listrik di Indonesia untuk menuju capaian target Net Zero Emission.

"Jadi kalau kita tanya mana yang lebih penting semua komoditas yang mendukung green metals akan memegang peranan penting sehingga gak boleh kita mengatakan satu pihak dan itu merupakan konsep yang ada di dalam pengembangan nilai tambah," ujarnya.

Seperti diketahui, saat dunia berbondong-bondong melakukan transisi energi dari fosil ke energi terbarukan, dunia diprediksi akan mengalami kekurangan pasokan mineral seperti nikel, lithium, dan kobalt.

Pasalnya, pemakaian kendaraan listrik yang terus digencarkan telah membuat permintaan untuk baterai kendaraan listrik di dunia terus melonjak. Sejumlah analis menilai peningkatan kebutuhan baterai berpotensi membuat terjadinya kekurangan pasokan bahan baku mineral.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisa Jadi Raja Baterai, Harta Karun RI Ini Tembus Rp 8.000 T!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular