Satu yang Tak Bisa Lepas: Jepang Aktifkan Lagi Energi Nuklir!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyampaikan bahwa pihaknya bakal kembali menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang menganggur. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan pasokan energi untuk negeri sakura tercukupi.
"Dengan mengutamakan keselamatan, kami akan mengambil langkah nyata untuk memulai kembali (pembangkit), sementara pemerintah tidak mempertimbangkan untuk mengganti pembangkit listrik tenaga nuklir yang ada dengan fasilitas yang lebih baru," kata Kishida seperti dikutip dari Reuters, Jumat (27/5/2022).
Melansir voanews.com, Kishida sebelumnya beralasan bahwa penggunaan kembali reaktor nuklir untuk membantu mengurangi ketergantungan Jepang terhadap negara-negara lain, misalnya seperti dengan Rusia.
Jepang sendiri diketahui sangat bergantung pada gas Rusia sejak menutup reaktor-reaktor nuklir setelah bencana Fukushima 2011. Di mana, gempa bumi dan tsunami memicu bencana reaktor, dan menghancurkan wilayah timur lautnya.
Namun, menghadapi pemilu pada Juli dan meningkatnya harga energi yang menekan anggaran pemilih, Kishida mengatakan nuklir akan menjadi bagian dari kebijakan energi Jepang pada masa mendatang.
Dia mengatakan Jepang akan mengatasi kerentanan swasembada energi dengan memperluas dimana ia membeli energi, mendorong penggunaan energi terbarukan serta menggunakan tenaga nuklir untuk mendiversifikasi sumber pembangkitannya.
"Kami akan menggunakan reaktor nuklir dengan jaminan keamanan untuk berkontribusi pada pengurangan ketergantungan di seluruh dunia pada energi Rusia," kata Kishida.
Seperti diketahui, lebih dari satu dekade Jepang mengalami bencana nuklir terparah setelah Chernobyl Ukraina, pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima. Adapun tenaga nuklir tetap menjadi masalah yang sulit di Jepang, di mana hanya segelintir dari 30 pembangkitnya saja yang saat ini beroperasi.
Meski begitu, mayoritas masyarakat dan bisnis ingin pemerintah memulai kembali reaktor nuklir untuk mengatasi keamanan energi, dengan krisis Ukraina dan biaya energi yang lebih tinggi telah menambah momentum pada perubahan pendapat itu.
[Gambas:Video CNBC]
Langkah Maju Pengembangan Pembangkit Nuklir di RI, Udah Siap?
(pgr/pgr)