
Saat Orang RI Ramai-ramai Mau Ngutangin Negara

Jakarta, CNBC Indonesia - Porsi kepemilikan asing pada surat berharga negara (SBN) semakin kecil, bahkan didominasi oleh Warga Negara Indonesia (WNI).
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, kepemilikan asing pada SBN hanya 16,4% dari total keseluruhan kepemilikan SBN. Saat ini banyak investor yang berasal dari dalam negeri.
"Pemegang SBN hanya 16,4% dari asing, menurun tajam, dari 2020 25% dari total SBN," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KITA, dikutip Rabu (25/5/2022).
Kepemilikan asing pada SBN turun bertahap sejak akhir 2019 yang saat ini memiliki porsi 38,75% dan menjadi 16,42% per 19 Mei 2022. Kepemilikan SBN didominasi oleh perbankan dan Bank Indonesia.
Sementara orang Indonesia diwakili oleh perbankan mencapai 24,81%, Bank Indonesia (gross) 26%, non residen 16,42%, disusul asuransi dan dana pensiun 15,65%, dan lainnya mencapai 17,12%.
Meskipun kepemilikan SBN saat ini sudah didominasi oleh domestik, namun Sri Mulyani mengungkapkan kinerja pasar SBN domestik saat ini mengalami tekanan dan perlu dicermati dampaknya pada peningkatan cost of fund.
"Pasca FOMC Meeting 4 Mei, capital flow ke Indonesia kembali menurun setelah sempat naik di April. Pasar SBN mengalami outflow (arus modal keluar), pasar saham masih inflow (arus modal masuk)," jelas Sri Mulyani.
Dengan menurunnya jumlah SBN yang dipegang asing, tentu akan menimbulkan stabilitas karena tidak mengalami gejolak.
Kendati demikian investor, kata Sri Mulyani cenderung risk-off menghadapi tekanan global, dan perlu diwaspadai kondisi likuiditas seiring pulihnya sektor riil domestik. Sementara, capital inflow SBN masih terbatas.
Adapun Spread SUN Rupiah 10 tahun terhadap US Treasury 10 tahun masih lebih rendah dibandingkan awal tahun, dari 473 basis poin menjadi 442 basis poin (year to date).
"Tekanan normalisasi kebijakan moneter global dan penurunan likuiditas akan meningkatkan cost of fund," jelas Sri Mulyani.
Indonesia masih membutuhkan utang. Sehingga ketika yield SBN mulai alami kenaikan di negara kawasan, maka ke depannya akan memberikan tekanan terhadap Indonesia.
"Kita harus menjaga kenaikan suku bunga (dunia) berimbas ke yield surat berharga negara kita, artinya biaya utang atau cost of fund naik," pungkasnya.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang Naik Tajam, Kas Negara Terkuras Buat Bayar Cicilan!