Internasional

Skandal! Mark Zuckerberg Digugat, Terkait Cambridge Analytica

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Selasa, 24/05/2022 14:00 WIB
Foto: Mark Zuckerberg (Photo by KENZO TRIBOUILLARD/AFP via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Jaksa wilayah Washington DC, Amerika Serikat (AS), mengajukan gugatan kepada pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. Mark disebut gagal dalam melindungi data konsumennya.

Ini terkait kasus Cambridge Analytica, sebuah konsultan politik AS. Dalam sebuah pernyataan, Jaksa Agung Karl Racine mengatakan telah mendapat beberapa bukti kuat terkait pelanggaran yang dilakukan Mark.


"Pelanggaran keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini mengungkap puluhan juta informasi pribadi orang Amerika, dan kebijakan Mr. Zuckerberg memungkinkan upaya bertahun-tahun untuk menyesatkan pengguna tentang sejauh mana perilaku salah Facebook," ujarnya dalam keterangan pers dikutip ABC News, Selasa (24/5/2022).

Upaya Racine sebenarnya sudah lama. Ia sendiri mengajukan gugatan terhadap Facebook pada Desember 2018. Namun, pada bulan Maret, seorang hakim memutuskan upaya Racine untuk menambahkan Zuckerberg.

"Gugatan ini tidak hanya dibenarkan, tetapi perlu. Ini mengirimkan pesan bahwa para pemimpin perusahaan, termasuk CEO, akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan mereka," tambah Racine.

Skandal Cambridge Analityca merupakan salah satu kasus penyalahgunaan data terbesar di dunia. Ada 87 juta data pengguna Facebook yang disalahgunakan.

Data tersebut dipakai untuk kepentingan kampanye pemilu presiden Donald Trump pada tahun 2016. Trump sendiri menang pemilu dan menjadi presiden ke-45 AS.

Lembaga ini beroperasi melalui Facebook. Pengguna yang mengisi data dalam kuis psikologis langsung diproses oleh Cambridge Analityca.

Skandal pencurian data ini kemudian diungkapkan oleh Christopher Wylie. Ia adalah konsultan data asal Kanada yang pernah bekerja di sana.

"Kami menggunakan Facebook untuk mengumpulkan profil jutaan orang. Dan membangun model yang dapat mengeksploitasi apa yang kami ketahui tentang mereka dan menargetkan kebencian dalam hati mereka. Itu adalah dasar dari mengapa perusahaan ini dibangun," ujarnya kepada Observer yang dikutip AFP.

Cambridge Analytica diketahui dibiayai hingga US$15 juta oleh miliuner AS Robert Mercer yang juga seorang donor besar untuk Partai Republik, partai penyokong Trump. Observer melaporkan perusahaan itu dipimpin oleh Steve Bannon, seorang penasihat Trump sebelum dipecat.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Larry Ellison Dari Oracle Jadi Orang Terkaya Kedua di Dunia