Internasional

Bukan AS, Wilayah Ini Bakal Masuk Lubang Resesi Lebih Ngeri

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
24 May 2022 07:50
Orang-orang berkerumun di depan Rumors di Noerregade di Kopenhagen, Denmark (AP PHOTO/RITZAU SCANPIX/Olafur Steinar Gestsson)
Foto: Ilustrasi (AP PHOTO/RITZAU SCANPIX/Olafur Steinar Gestsson)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda-tanda resesi mulai meluas di negara-negara dunia. Setelah Amerika Serikat (AS), ancaman pelemahan ekonomi ini juga mulai membayangi Eropa.

Hal ini dinyatakan langsung oleh CEO Citi, Jane Fraser, di sela-sela World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Senin (23/5/2022). Fraser mengatakan bahwa pertemuan faktor, termasuk perang di Ukraina dan krisis energi yang dihasilkan, telah membuat Eropa rentan terhadap penurunan yang cukup besar.

"Eropa berada tepat di tengah badai dari rantai pasokan, dari krisis energi, dan jelas dekat dengan beberapa kekejaman yang terjadi di Ukraina," katanya kepada Geoff Cutmore dikutip CNBC International, Selasa.

Harga komoditas energi di Eropa telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir di tengah sanksi Rusia. Ini juga diperparah oleh laju inflasi yang memicu krisis biaya hidup.

Dengan situasi ini, Fraser bahkan menyebut kalau AS memiliki ketahanan yang lebih dibandingkan Eropa. Meski begitu, Negeri Paman Sam hari ini sangat bergantung pada strategi The Fed dalam menaikkan suku bunga.

"Ada beberapa penyangga di sana untuk melihat apakah itu digunakan dengan bijak atau tidak," tambahnya.

Bank Sentral Eropa (ECB) pada Jumat lalu juga memberikan indikasi terkuatnya namun akan segera mulai menaikkan suku bunga pada Juli mendatang. Sebelumnya, lembaga perbankan itu bahkan bersikeras bahwa tekanan harga akan berkurang pada paruh kedua tahun ini.

Sebelumnya isu resesi pun memang sudah terdengar pula di AS sejak April 2022. Sejumlah analis termasuk lembaga seperti Deutche Bank mengemukakannya.

Terbaru, mengutip laman yang sama, hal ini dikatakan mantan kepala ekonom SEC yang juga akademisi dari University of Southern California Marshall School of Business, Larry Harris. Ia bahkan menyebutkan bahwa resesi "diperlukan" untuk menahan laju inflasi yang saat ini cukup tinggi.

"Apakah kita (AS) akan mengalami resesi? Sangat mungkin. Sangat sulit untuk menghentikan inflasi tanpa resesi." ujarnya seperti dikutip CNBC International, Senin (23/5/2022).

Resesi adalah periode saat terjadi penurunan roda perekonomian yang ditandainya dengan melemahnya produk domestik brotu (PDB) selama dua kuartal berturut-turut. KBBI mendefinisikan apa itu resesi sebagai kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Resesi, Bukan Ekonomi Terbesar ke-3 Dunia Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular