Astaga! Kompensasi Subsidi Pertamina & PLN Capai Rp 234 T

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
23 May 2022 11:25
Infografis: RI Habiskan Ratusan Triliun Demi Subsidi Energi Setiap Tahun
Foto: Infografis/RI Habiskan Ratusan Triliun Demi Subsidi Energi Setiap Tahun/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah rupanya tengah dihadapkan dengan besaran kompensasi yang harus dibayarkan ke PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia saat ini. Tak tanggung-tanggung besaran kompensasi subsidi tersebut mencapai Rp 234 triliun.

Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto mengatakan bahwa di masa pemulihan ekonomi saat ini, menjaga daya beli masyarakat menjadi sesuatu hal yang cukup penting. Apalagi di tengah kenaikan harga komoditas energi dan pangan di pasar internasional.

Oleh sebab itu, skema untuk menaikkan nilai kompensasi subsidi yang diberikan kepada kedua perusahaan BUMN energi sudah cukup tepat.

"Dalam paparan Komisi XI beberapa skema sudah disimpulkan secara keseluruhan dinaikkan. Kompensasi untuk BUMN yang ditugaskan PLN dan Pertamina ini sangat besar yakni Rp 234 triliun," kata dia kepada CNBC Indonesia dalam Energy Corner, Senin (23/5/2022).

Menurut Sugeng penambahan kompensasi terjadi lantaran harga minyak mentah Indonesia alias Indonesia Crude Price (ICP) yang menjadi bahan baku pembuat produk BBM sudah jauh di atas asumsi dasar APBN 2022, yang ditetapkan sebesar US$ 63 per barel.

Begitu juga dengan LPG, harga LPG internasional yang merujuk pada Contract Price (CP) Aramco telah mencapai US$ 898,4 per metrik ton. Sementara asumsi awal pemerintah hanya di kisaran US$ 569 per metrik ton.

"Sehingga apa yang terjadi yang selama ini karena sudah berjalan maka Pertamina yang nanggung sehingga defisitnya besar sekali dan dibutuhkan kompensasi," kata dia.

Sementara, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Abra Talattov menilai bahwa besaran tambahan subsidi energi pada tahun ini memang cukup drastis. Ia pun mengapresiasi langkah yang dilakukan pemerintah terutama di dalam kondisi pemulihan ekonomi.

Namun demikian, ia mengingatkan agar pemerintah juga jangan sampai terlena. Pasalnya, pemerintah dan DPR menyetujui penambahan subsidi lantaran dari penerimaan perpajakan sangat mendukung.

"karena ada windfall. Kalau ICP di atas US$ 100 per barel, ada potensi penerimaan negara. Sekarang kita bisa nambah subsidi energi karena kenaikan perpajakan meningkat kalau nanti penerimaan gak sebesar ini dan subsidi energi naik apa pemerintah punya jalan lain?," kata dia.

Karena itu, Abra mendorong agar transformasi subsidi energi secara tertutup dapat segera dijalankan. Khususnya untuk LPG 3 Kg.

Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati resmi menambah anggaran energi sekitar Rp 350 triliun. Ini untuk subsidi dan juga kompensasi akibat kenaikan harga minyak dunia.

Namun, tambahan anggaran untuk belanja energi ini dilakukan tanpa berhutang. Sebab, bendahara negara ini memiliki jurus yang tepat.

Menurutnya, penambahan anggaran belanja energi ini akan diambil dari tambahan penerimaan yang di proyeksi sebesar Rp 420 triliun di tahun ini. Di mana outlook penerimaan negara dipatok menjadi sebesar Rp 2.266,2 triliun.

"Dari kenaikan komoditas dan harga-harga, maka penerimaan negara juga naik Rp 420 triliun. Ini yang kami gunakan untuk menambah kompensasi dan subsidi tadi," ujarnya dalam gedung DPR RI, Kamis (19/5/2022).

Adapun tambahan subsidi energi ditetapkan sebesar Rp 74,9 triliun dan kompensasi juga bertambah sebesar Rp 274 triliun. Penambahan ini murni diambil dari proyeksi penambahan penerimaan tanpa mengurangi anggaran lain seperti Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Gelontorkan Tambahan Subsidi Energi Rp 350 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular