AS Tak Percaya Senjata Laser Rusia, Begini Kata Pentagon
Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) buka suara soal kabar yang menyebutkan bahwa Rusia memiliki senjata laser dan telah digunakan di Ukraina. Washington menyatakan hal itu belum dapat dibuktikannya secara pasti.
Dalam sebuah pernyataan, Juru Bicara Pentagon John Kirby menjelaskan. Bahwa untuk menjawab klaim itu, pihaknya mengatakan sejauh ini tak ada indikasi yang menyebutkan klaim itu.
"Kami tidak memiliki indikasi penggunaan laser, setidaknya laser yang dipersenjatai, di Ukraina. Tidak ada yang bisa dikonfirmasi tentang itu," katanya dalam jumpa pers, akhir pekan kemarin seperti dilaporkan Reuters.
Sebelumnya Moskow mengklaim menggunakan generasi baru laser yang kuat di Ukraina. Ini untuk membakar drone sebagai salah satu senjata rahasia untuk menggempur persenjataan Barat.
Senjata ini pernah disebutkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2018 lalu. Putin menyebutkan salah satunya dinamai Peresvet, dinamai dari seorang biarawan prajurit Ortodoks abad pertengahan Alexander Peresvet yang tewas dalam pertempuran fana.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Rusia Yury Borisov, yang bertanggung jawab atas pengembangan militer, mengatakan pada sebuah konferensi di Moskow bahwa Peresvet sudah digunakan secara luas. Bahkan, dapat "membutakan" satelit hingga 1.500 km di atas bumi.
Dia mengatakan saat ini sudah ada sistem yang lebih kuat dari Peresvet yang bisa membakar drone dan peralatan lainnya. Dia mengatakan senjata itu disebut Zadira dan saat ini baru diluncurkan prototipe pertamanya.
Borisov mengungkapkan dalam tes Selasa lalu, laser itu mampu membakar drone sejauh 5 km. Ini dilakukan sangat cepat dalam waktu lima detik.
"Jika Peresvet membutakan, maka senjata laser generasi baru mengarah pada penghancuran fisik target, penghancuran termal, mereka terbakar," katanya kepada televisi pemerintah Rusia.
Meski terlihat canggih, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan nada mengejek membandingkan berita tentang laser itu dengan apa yang disebut senjata ajaib yang diungkapkan Nazi Jerman dalam upaya untuk mencegah kekalahan dalam Perang Dunia Kedua (PD II/World War 2).
"Makin jelas bahwa mereka tidak memiliki peluang dalam perang. Makin banyak propaganda tentang senjata luar biasa yang akan sangat kuat untuk memastikan titik balik," katanya.
"Jadi kita melihat bahwa di bulan ketiga perang skala penuh, Rusia berusaha menemukan 'senjata ajaibnya'... ini semua dengan jelas menunjukkan kegagalan total misi."
(sef/sef)