Kasus Covid-19 Mulai Turun, Dampak Liburan Sudah Menghilang?

Maesaroh, CNBC Indonesia
22 May 2022 12:30
Warga berjalan di jembatan Tebet Eco Park di Jakarta, Rabu (18/5/2022) Presiden Joko Widodo melonggarkan kebijakan terkait aturan pemakaian masker dengan memperbolehkan warga tidak mengenakan masker di luar ruangan apabila tidak dalam kondisi kerumunan menyusul kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia saat ini terkendali. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Warga berjalan di jembatan Tebet Eco Park di Jakarta, Rabu (18/5/2022) Presiden Joko Widodo melonggarkan kebijakan terkait aturan pemakaian masker dengan memperbolehkan warga tidak mengenakan masker di luar ruangan apabila tidak dalam kondisi kerumunan menyusul kondisi pandemi COVID-19 di Indonesia saat ini terkendali. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tambahan kasus Covid-19 di Indonesia mulai menurun setelah sempat melonjak pasca libur Lebaran. Menurunnya kasus memberi harapan bahwa siklus lonjakan kasus setelah libur panjang tidak terulang.

Berdasarkan data Badan Pusat Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah kasus Covid-19 dalam sepekan terakhir (15-21 Mei 2022) mencapai 1.844. Jumlah tersebut turun 20,3% dibandingkan pada pekan sebelumnya atau sepekan setelah Lebaran (8-14 Mei 2022) yang tercatat sebanyak 2.315.

Tambahan kasus sepekan terakhir juga jauh lebih rendah dibandingkan pekan sebelum libur cuti bersama (22-28 April 2022). Pada pekan tersebut, Indonesia melaporkan kasus baru sebanyak 3.477.


Jumlah kasus kematian dan positivity rate pada sepekan terakhir juga menurun dibandingkan pekan sebelumnya. Kasus kematian tercatat 66 jiwa, menurun 19% dari pekan sebelumnya (82 jiwa).

Rata-rata positivity rate harian turun tipis dalam sepekan menjadi 0,33% dari pekan sebelumnya 0,36%. Namun, jumlah orang yang diperiksa tes Covid-19 pada sepekan terakhir turun menjadi rata-rata 67 ribu per hari dari sebelumnya rata-rata 97 ribu per hari.

Pada Sabtu (21//5/2022), Indonesia melaporkan tambahan kasus sebanyak 263, turun 99,6% dibandingkan pada puncak Covid-19 gelombang III pada 16 Februari lalu di mana kasus menembus 64.718.

Sebagai catatan, tambahan kasus Covid-19 sempat melonjak sepekan setelah lebaran. Pada periode 8-14 Mei 2022 atau sepekan setelah Lebaran, tambahan kasus sempat melonjak 64,4% dibandingkan periode libur Lebaran (1-7 Mei 2022). Naiknya kasus pada pekan lalu sempat menimbulkan kekhawatiran terulangnya siklus lonjakan kasus pasca libur panjang.

Data BNPB menunjukkan kasus Covid-19 di Indonesia selalu melonjak usai libur panjang. Dua puncak gelombang Covid-19 pada tahun 2021 dipicu oleh lonjakan kasus setelah libur panjang.

Gelombang I terjadi setelah libur Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Pada akhir Desember 2020, tambahan kasus Covid Indonesia ada di kisaran 5.000-6.000 per hari. Namun, kasus Covid-19 melonjak di atas 10.000 kasus pada pertengahan Januari 2021.
Puncak gelombang I terjadi pada 30 Januari 2021. Pada hari tersebut, jumlah kasus mencapai 14.518. Tambahan kasus dalam jumlah besar pada gelombang I baru mereda pada akhir Februari 2021.

Pengalaman serupa terulang pada libur panjang Lebaran 2021 di mana Hari Raya Idul Fitri 2021 jatuh pada 12 Mei 2021. Pada akhir Mei, tambahan kasus harian masih tercatat 5.000-6.000. Kasus Covid-19 melonjak tajam bahkan tidak terkontrol hingga menembus 54 ribu kasus lebih pada Juli 2021. Puncak gelombang II terjadi pada 15 Juli 2021 di mana kasus menembus 56.757.
Periode gelombang II berlangsung lebih lama dibandingkan periode gelombang I. Gelombang II Covid-19 baru mereda di akhir Agustus 2021.

Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia setelah libur panjangFoto: Kemenhub
Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia setelah libur panjang

Di tengah penurunan kasus, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan masih adanya potensi kenaikan kasus sebagai imbas libur Lebaran.

"Pengalaman kami melihat hari-hari raya besar sebelumnya yaitu Nataru dan lebaran tahun lalu, biasanya indikasi kenaikan 27-34 hari sesudah hari raya. Jadi kalau hari rayanya kemarin 2 Mei, ya kita lihat akhir bulan ini," tutur Budi Gunadi saat konferensi pers, Rabu (17/5).

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri tersebut optimis kalaupun terjadi kenaikan kasus maka angkanya tidak akan setinggi periode pasca libur panjang sebelumnya. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi yang diperoleh melalui vaksinasi ataupun pasca terinfeksi.

Dia menambahkan positivity rate Indonesia juga masih dalam batas aman yakni di bawah 5% sementara reproduction rate kasus Covid-19 ada di kisaran 1%.

Sebagai informasi, pada libur Lebaran tahun lalu hampir sebagian besar masyarakat belum divaksin. Lebaran jatuh di pertengahan Mei 2021 sementara program vaksinasi untuk masyarakat umum baru dimulai Juni 2021.  Hal ini berbanding terbalik dengan libur bersama Lebaran tahun ini yang ditetapkan pada 29 April hingga 6 Mei 2022.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, sebelum libur cuti bersama Lebaran pada 28 April 2022, penerima vaksin dosis lengkap mencapai 164,66 juta atau 79% dari target. Jumlah penerima booster mencapai 37,46 juta atau 18% dari target.

Dicky Budiman, Peneliti Global Health Security Griffith University Australia mengingatkan selain libur panjang, Indonesia juga memiliki siklus kasus tinggi empat bulanan. Merujuk pada siklus tersebut, kasus tinggi bisa kembali terulang pada Juni mendatang. Karena itulah, masyarakat dan pemerintah diminta tetap waspada untuk menghindari lonjakan kasus bulan depan.



"Ada faktor empat bulanan di Juni. Kita harus sabar menunggu (untuk mengetahui krisis berlalu). Memang sekarang akses layanan kesehatan lebih baik, obat-obatan juga. Juga ada vaksinasi. Memang belum ideal tapi sudah membaik," tutur Dicky, kepada CNBC Indonesia.

Dicky menjelaskan mobilitas masyarkat juga mulai meningkat yang bisa meningkatkan potensi penyebaran. Berdasarkan data Google Mobilty Index per 18 Mei, mobilitas masyarakat di tempat umum seperti toko grocery, retail dan rekreasi melonjak tajam dibandingkan sebulan yang lalu.

Mobilitas masyarakat di toko ritel dan tempat rekreasi meningkat 14%, jauh lebih tinggi dibandingkan tumbuh 3% pada periode 17 April. Mobilitas di toko grocery dan yang menjual obat-obatan meningkat 33%, sementara apda pertengahan April hanya tumbuh 25%. Mobilitas warga di tempat-tempat parkir melonjak 54%, bandingkan pada pertengahan April yang hanya tumbuh 6%.


(mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Menuju Hidup Bareng Covid-19, 80 Juta Orang Siap Mudik!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular