Lebaran Penuh Suka Cita, Warga +62 Jor-joran Belanja

Maesaroh, CNBC Indonesia
19 May 2022 16:40
Pengunjung berbelanja di salah satu mal di Bekasi, Jawa barat, Jumat (22/4/2022). Pusat perbelanjaan atau mal mulai ramai dikunjungi masayarakat menjelang hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah, kasus Covid-19 di Indonesian terus menurun membuat minat masyarakat untuk berbelanja di mal kembali bergeliat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pengunjung berbelanja di salah satu mal di Bekasi, Jawa barat, Jumat (22/4/2022). Pusat perbelanjaan atau mal mulai ramai dikunjungi masayarakat menjelang hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah, kasus Covid-19 di Indonesian terus menurun membuat minat masyarakat untuk berbelanja di mal kembali bergeliat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Belanja masyarakat selama Ramadhan tahun ini meningkat tajam. Tidak hanya belanja fashion tapi juga perhiasan hingga makanan.

Mandiri Spending Index mencatat pada April tahun ini, indeks frekuensi belanja berada di level 179,4, sementara indeks nilai belanja naik ke level 159,9. Catatan tersebut adalah yang tertinggi sepanjang pandemi Covid-19 atau lebih dari dua tahun terakhir.

Sebagai catatan, Ramadhan tahun ini dimulai pada 3 April dan berakhir pada 1 Mei 2022. Sibuknya orang berbelanja menjelang Lebaran bisa dipahami. Tahun ini adalah kali pertama sejak pandemi melanda pemerintah mengizinkan masyarakat merayakan Hari Raya Idul Fitri secara meriah, termasuk dengan mengizinkan mudik.

Indeks frekuensi belanja di April 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan pada periode Natal dan Tahun Baru 2021 (161,1) ataupun Ramadhan tahun 2021 (137,5). Pada Ramadan tahun 2020, indeks ke 67,8 karena Ramadan datang hanya sebulan setelah pandemi melanda dunia.

Mandiri Spending IndexSumber: Bank Mandiri

Menurut Mandiri Institute, lonjakan indeks belanja dipengaruhi oleh faktor Lebaran, program vaksinasi, pengendalian penularan kasus Covid-19, dan pelonggaran mobilitas.

"Perbaikan tingkat belanja tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang terimbas kenaikan harga komoditas, namun juga di wilayah yang mengandalkan pariwisata. Mobilitas masyarakat meningkatkan efek multiplier dari belanja masyarakat ke daerah," tutur kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam report Belanja Masyarakat Selama Ramadan 2022.

Kementerian Perhubungan memperkirakan ada 85,5 juta pergerakan orang mudik selama Lebaran tahun ini.  Besarnya masyarakat yang mudik berimbas pada perputaran uang selama Lebaran. Bank Indonesia memperkirakan perputaran uang selama mudik mencapai Rp 180,2 triliun, meningkat 16,6% dibanding periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 154,5 triliun.

Uang tersebut tentu saja tidak hanya berputar di Jakarta atau kota besar saja tetapi juga mengalir ke daerah seiring mobilitas mudik. Mandiri Spending Index pun mencatat bahwa lonjakan belanja terjadi di semua wilayah, termasuk Nusa Tenggara dan Bali.

"(Efek multiplier) ini karena kecenderungan melakukan mobilitas dengan menggunakan kendaraan pribadi. Tren ini meningkat dalam periode mudik dan libur Lebaran tahun ini dan berdampak pada peningkatan penjualan kendaraan bermotor, serta mendorong distribusi belanja ke berbagai daerah yang dikunjunginya," imbuh Andry.

Mandiri Spending Index mencatat semua indeks yang terkait belanja Ramadan dan Idul Fitri meningkat drastis. Belanja-belanja di supermarket, restoran, department store, barang-barang terkait fashion dan perhiasan meningkat sangat pesat.

"(Belanja fashion dan perhiasan) merupakan jenis pembelanjaan yang tertinggi selama pandemi. Sebaliknya, belanja-belanja yang terkait dengan medical menunjukkan tren yang terus menurun sejak melandainya kasus Omicron di awal tahun," tutur Andry.

Proporsi belanja produk fesyen ada di angka 14,1% di Mei atau menyamai level pra-pandemi (14,1%). Hal yang sama terjadi dengan belanja perhiasan (9,6%) dan Department Stores (7,1%). Proporsi keduanya merupakan yang tertinggi sejak pra-pandemi.

Perjalanan mudik, mengunjungi saudara, dan wisata juga membuat proporsi belanja untuk bensin meningkat menjadi 5,2% di Mei dari 4,7 di April.

"Seiring rencana pemerintah untuk melakukan transisi ke fase endemi, kami perkirakan mobilitas masyarakat akan terus tinggi. Dengan demikian, belanja-belanja di restoran, barang-barang fesyen, dan yang terkait mobilitas berpotensi terus meningkat ke depannya," kata Andry.

Tidak hanya orang yang kaya yang berbelanja, Mandiri Spending Index menunjukkan kenaikan indeks belanja terjadi pada semua kelompok penghasilan. Baik mereka yang berpenghasilan tinggi atau rendah, indeks belanja nya meningkat selama Ramadan tahun ini.

Tingkat belanja kelompok berpendapatan tinggi tercatat 103,1 dan berpendapatan menengah 229,2 yang merupakan yang tertinggi sepanjang pandemi. Sementara itu, belanja kelompok kelompok berpendapatan rendah (107,6) merupakan yang tertinggi sejak Lebaran 2021.

Pada Lebaran 2020 yang jatuh pada akhir Mei atau dua bulan setelah pandemi, tingkat belanja semua kelompok penghasilan di bawah 100. Sementara pada Lebaran 2021, kelompok middle dan lower income sudah di atas level 100 tetapi kelompok higher income ada di bawah 100.

Proporsi nilai belanja berdasarkan sub kelompok belanja, diurut berdasarkan Mei 2022Sumber: Bank Mandiri


TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BPS: Inflasi Indonesia 1,87% di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular