Nyaris US$ 400/Ton, Ini Ramalan Ahli Soal Harga Batu Bara

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
18 May 2022 12:25
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terus melesat pada pekan ini, bahkan semakin mendekati rekor tertingginya. Pada perdagangan Selasa (17/5/2022), harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juni ditutup di level US$ 399,65 per ton, menguat 5,8% dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya.

Level harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 9 Maret 2022 atau lebih dari dua bulan terakhir di mana pada saat itu harga batu bara menyentuh US$ 426,85 per ton.

Kenaikan kemarin juga membawa harga emas hitam mendekati level US$ 400 per ton serta harga tertingginya di angka US$ 446 per ton pada 2 Maret 2022.

Namun demikian, lonjakan harga batu bara ini diperkirakan tidak akan bersifat permanen.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli memproyeksikan lonjakan harga komoditas batu bara di pasar internasional hanya bersifat sementara dan hanya berlaku untuk pasar spot.

Di samping itu, menurut Rizal, kenaikan harga juga terjadi untuk batu bara dengan kualitas tinggi atau high rank coal di atas 6.000 kcal/kg. Sedangkan untuk batu bara medium rank coal yang dipakai untuk PLTU di Indonesia tidak terlalu mengikuti kenaikan harga.

"Penyebabnya memang terjadi peningkatan kebutuhan batu bara di India dan adanya krisis di Ukraina, sehingga menyebabkan negara-negara Eropa yang selama ini mendapat suplai batu bara dan gas dari Rusia tidak bisa mendapatkan sumber energi tersebut," katanya dalam acara Closing Bell, CNBC Indonesia, Selasa (17/5/2022).

Negara-negara di Eropa pun kini harus berlomba-lomba mengamankan sumber pasokan energi alternatif dari Afrika Selatan, Kolombia, Australia, termasuk Indonesia. Namun, Indonesia rupanya hanya akan fokus pada pasar Asia Tenggara (ASEAN) dan India.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Meroket, Tapi Produksi RI Susah Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular