
Dear Pecinta Mi Instan, Siap-siap Harga Terancam Naik (Lagi)

Jakarta, CNBC Indonesia - India melarang ekspor gandum sejak akhir pekan lalu. Dampaknya membuat harga gandum dunia naik dan mengakibatkan ongkos produksi juga terkerek. Akibatnya, harga makanan yang berbahan gandum seperti mi instan pun terancam mengalami kenaikan harga lagi.
"Yang pastinya karena berkurangnya suplai akibat larangan tersebut, ini akan meningkatkan harga di tingkat internasional, dan di dalam negeri bakal ada peningkatan impor. Akan meningkatkan input bagi industri yang berbahan baku gandum, mulai dari miĀ instan, roti," kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal kepada CNBC Indonesia, Selasa (17/5/22).
Sebelumnya, harga mi instan sebenarnya terpantau sudah mengalami kenaikan harga, begitu juga produk pangan berbasis gandum lainnya seperti roti. Meski, tidak ada pernyataan resmi produsen untuk menaikkan harga, terutama saat pasokan gandum dunia menipis akibat gangguan panen di negara pemasok dunia dan perang Rusia-Ukraina.
Yang memicu lonjakan harga gandum internasional, disertai kenaikan harga terigu secara bertahap di dalam negeri.
Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga terigu per 13 Mei 2022 naik jadi Rp11.500 per kg. Ini adalah rata-rata nasional harga terigu.
Harga ini sudah melonjak 8,49% dibandingkan 14 Januari 2022 yang masih bertengger di Rp10.600 per kg.
Kenaikan harga gandum dunia sudah terlihat. Kontrak berjangka yang diperdagangkan di Chicago naik 5,9% menjadi US$ 12,47 per gantang atau mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir. Harga gandum telah meningkat lebih dari 60% tahun ini. Padahal, India bukan pemain utama gandum dunia.
"Lihat seberapa besar kontribusi ekspor India, di global ngga besar hanya 3%. Dia masuk no 10, pemain besar Rusia, Amerika Serikat, Kanada Ukrain, Australia, Argentina. Indonesia kita lebih banyak 42% dari Australia, 26% Ukraina, 18% impor Kanada, jadi India hanya 2,8%," kata Faisal.
Meski demikian, peran India meningkat usai invasi Rusia ke Ukraina. Selama ini Ukraina menjadi salah satu pengekspor terbesar gandum, namun perang membuat India mulai masuk mengambil 'kue' yang terlempar ke pasar.
"Itu terjadi baru-baru ini. Artinya akan ada ke peningkatan harga dalam jangka pendek, tapi bisa diredam dengan mengalihkan kembali impor dari India ke negara-negara yang sebetulnya lebih terdiversifikasi, hanya saja memang tingkat harganya lebih mahal yang kita impor dari India. Tapi masalah pengalihan, sumber impor gandum saya rasa ini cukup terdiversifikasi sumber gandum supplier di dunia itu," kata Faisal.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Stok Gandum Pabrik Makanan Instan Sisa Sebulan